Blogger Widgets
..:: Galau?! Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang ::..
Tampilkan postingan dengan label Islam & Sains. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islam & Sains. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 April 2016

Gunung sebagai Pasak


Sebuah buku berjudul Earth adalah buku pegangan rujukan di banyak universitas di seluruh dunia. Salah seorang pengarangnya adalah Profesor Emeritus Frank Press. Ia adalah Penasehat Ilmu Pengetahuan dari mantan Presiden Amerika Jimmy Carter dan selama 12 tahun menjadi presiden dari National Academy of Sciences, Washington, DC. Buku tersebut menyatakan bahwa gunung-gunung mempunyai akar di bawah mereka. Akar ini menghunjam dalam, sehingga seolah gunung-gunung mempunyai bentuk bagaikan pasak (lihat gambar).

Gunung-gunung memiliki akar yang dalam di bawah permukaan tanah. 
(Earth, Press dan Siever, hal. 413)

Bagan potongan melintang. Gunung-gunung, sebagaimana pasak, memiliki akar yang menghunjam di bawah tanah. 
(Anatomy of the Earth, Cailleux, hal. 220)

Hasil penelitian ilmiah tersebut 1400 tahun yang lalu sebenarnya telah disebutkan di dalam Al-qur'an bahwa gunung itu sebagai pasak. Penemuan Press ini membuktikan bahwa Al-qur'an adalah mukjizat dan firman Allah subhanahu wata'alaAllah berfirman dalam surah An-naba' [78] ayat 6-7

أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا
"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak?" 

Ilmu bumi modern telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar di dalam tanah dan akar ini dapat mencapai kedalaman yang berlipat dari ketinggian mereka di atas permukaan tanah. Jadi, kata yang paling tepat untuk menggambarkan gunung-gunung berdasarkan informasi ini adalah kata "pasak" karena bagian terbesar dari sebuah pasak tersembunyi di dalam tanah. Pengetahuan semacam ini, tentang gunung-gunung yang memiliki akar yang dalam, baru diperkenalkan di paruh kedua dari abad ke-19.

Hal senada juga diungkapkan Profesor Siaveda,  ahli geologi dari Jepang. Menurut Siaveda, ketika lempengan bumi saling bertumbukkan, makalempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya. Sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Inilah yang mengikat kuat di dasar permukaan bumi.

Sebagaimana pasak yang digunakan untuk menahan atau mencencang sesuatu agar kokoh, gunung-gunung juga memiliki fungsi penting dalam menyetabilkan kerak bumi. Mereka mencegah goyahnya tanah. Allah berfirman  dalam surah An-nahl [16] ayat 15:

وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
"Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk." 

Dalam surah Al-anbiya [21] ayat 31: 

وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…” 

Al-Qur'an is amazing!

*Sumber:

Rabu, 30 Maret 2016

Sungai di Dalam Laut


PERCAYAKAH Anda adanya sungai di dalam laut? Tentu, kebanyakan orang berpikir itu adalah suatu hal yang tidak mungkin. Karena pada dasarnya sungai itu airnya tawar, sedangkan laut airnya asin. Jadi, apakah mungkin keduanya bisa ada dalam satu tempat, namun tak bercampur? Nah, inilah salah satu bukti kebesaran Allah subhanahu wata'ala, yang telah Dia beritahukan dalam kitab suci umat Islam.

Jika kita lahir di zaman kuno, saat belum ada peralatan “Deep Sea Diving”, kita takkan pernah tahu jika di dalam laut ada sungai tawar yang sama mengalir tapi terpisah seperti ada dinding penghalang.

Mr. Jacques Yves Costeau, seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis, yang dikenal sebagai orang yang sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia, ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar segar yang sangat nikmat rasanya karena tidak bercampur/ tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu memusingkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khayalan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Hingga akhirnya ia menemukan jawaban dari apa yang ia cari tersebut di salah seorang professor Muslim. Profesor itu teringat pada ayat al-Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.” Artinya, “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.”

Kemudian dibacakan surat al-Furqan ayat 53, “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”

Hal ini membuktikan kebenaran dari ayat al-Quran tentang janji Allah yang akan menampakkan keindahan ciptaannya. “Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu,” (QS. Fushshilat: 53).

Subhanallah, lagi-lagi Allah telah menunjukkan kebenaran ciptaan-Nya kepada kita, selaku makhluk-Nya. Dan hal ini membuktikan kebenaran al-Quran bahwa apa yang terisi di dalamnya bukanlah karangan dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam semata, tetapi mutlak dari Allah subhanahu wata'ala. Masihkah kita meragukan akan hal itu?

*Sumber: 
islampos.com/...