Blogger Widgets
..:: Galau?! Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang ::..
Tampilkan postingan dengan label Copas WA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Copas WA. Tampilkan semua postingan

Jumat, 08 Desember 2017

Nasihat dari Dr. Muhammad Musa Alu Nashr untuk Peserta Grup WA

Nasihat dari Dr. Muhammad Musa Alu Nashr untuk Peserta Grup WA

(-/+ 10 bulan sebelum wafat)

Penulis Admin - Senin, 9 Jan 2017

Berikut adalah untaian nasihat dari salah seorang murid senior Syaikh Al-Albany, Syaikh Dr Muhammad Musa Alu Nashr terkait dengan keberadaan aplikasi Whatsapp dan juga grup-grup yang ada di dalamnya. Semoga bermanfaat :

1- HIDUPKAN DENGAN SERING MENUTURKAN KEBENARAN.

2- TINGGALKAN SEGALA YANG BERCORAK KEBATILAN.

3- JAUHILAH UNTUK TIDAK MENYEBARKAN GAMBAR-GAMBAR HARAM.

4- HINDARILAH DEBAT YANG TIDAK BERMANFAAT.

5- HINDARILAH SELURUH BENTUK POSTINGAN YANG MERENDAHKAN AGAMA, SOSOK ATAU SUKU BANGSA.

6- JANGAN MENJADI BIANG PENYEBAR BERITA ATAU TULISAN DUSTA ATAU HOAX DAN HENDAKLAH DIPASTIKAN KEBENARAN HADITS, KISAH DAN BERITA.

7- HENDAKNYA TULISAN YANG ANTUM POSTING MENGUNTUNGKANMU TIDAK MERUGIKANMU.

8- TULISAN APAPUN BENTUKNYA ANDA ADALAH ORANG YANG PALING BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP ISINYA.

9- JANGANLAH KAMU MENGIRIMKAN VIDEO YANG ADA MUSIKNYA ATAU WANITA YANG MEMBUKA AURAT KARENA TAKUT ANDA YANG AKAN MENANGGGUNG DOSA TIAP ORANG YANG MENYAKSIKAN ATAU MENDENGARNYA HINGGA HARI KIAMAT.

Penerjemah : Ustadz Zainal Abidin Syamsuddin

Catatan : Artikel ini sudah mendapat izin dari penerjemah untuk dimuat ulang di situs Fokus Islam

=====
Artikel #copas

Rahimahullahu ta'ala rahmatan wasi'an

Minggu, 19 November 2017

Tauhid, Dakwahnya Para Anbiya'

(Artikel #Copas dari WA Surabaya Mengaji)

📝 Rangkuman Kajian

☝🏼 DAKWAH TAUHID DAKWAHNYA PARA NABI DAN RASUL ☝🏼

👤 Ustadz Muhammad Elvi Syam, LC, MA

✏Disusun oleh: Tim Surabaya Mengaji


Definisi Tauhid secara bahasa adalah *menjadikan satu* hanya kepada Allah semata. Implementasinya dalam kehidupan kita yaitu kita beribadah, meminta, memohon, berlindung hanya kepada Allah saja.

*Tauhid* adalah asas (dasar) dakwah para Nabi dan Rasul. Seluruh Nabi & Rasul mengajak kaumnya kepada Tauhid.

Hal tersebut disebutkan dalam banyak ayat di Al Qur'an, seperti sebagai berikut:

✅ *DAKWAH NABI NUH عَلَيْهِ السَلاَمُ*

لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

_Sesungguhnya *Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya"*. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)._

📖 Q.S Al A'raf ayat 59


✅ *DAKWAH NABI IBRAHIM عَلَيْهِ السَلاَمُ*

وَإِبْرَاهِيمَ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ۖ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

_Dan (ingatlah) *Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya: "Sembahlah olehmu Allah* dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui._

📖 Q.S Al-'Ankabut ayat 16


✅ *DAKWAH NABI HUD عَلَيْهِ السَلاَمُ*

وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا مُفْتَرُونَ

_Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, *Huud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia.* Kamu hanyalah mengada-adakan saja._

📖 Q.S HUD ayat 50


✅ *DAKWAH NABI SHALEH عَلَيْهِ السَلاَمُ*

وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ هَٰذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً ۖ فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ ۖ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

_Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka *Shaleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.* Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih"._

📖 Q.S Al A'raf ayat 73


✅ *DAKWAH NABI SYU'AIB عَلَيْهِ السَلاَمُ*

 وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ وَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ ۚ إِنِّي أَرَاكُمْ بِخَيْرٍ وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُحِيطٍ

_Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, *Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia.* Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)"._

📖 Q.S Hud ayat 84


✅ *DAKWAH NABI YUSUF عَلَيْهِ السَلاَمُ*

مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

_*Kamu tidak menyembah yang selain Allah* kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. *Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia*. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui"._

📖 Q.S Yusuf ayat 40


✅ *DAKWAH NABI ISA عَلَيْهِ السَلاَمُ*

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

_Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", *padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu"*. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun._

📖 Q.S Al Maidah ayat 72


✅ *DAKWAH NABI MUHAMMAD ﷺ*

- 13 tahun fase Makkah seluruh ayat yang turun mengenai Iman dan Tauhid.
- Q.S Al Kafirun yang isinya tentang Tauhid Uluhiyyah
- Q.S Al Ikhlas yang isinya tentang Tauhid Rububiyyah dan Asma wa Sifat

✅ *DAKWAH SELURUH NABI & RASUL*

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

_Dan sungguhnya *Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu"*, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)._

📖 Q.S An Nahl ayat 36


Itulah beberapa dalil dan keterangan yang menjadi bukti bahwa pokok dan isi dakwah dari para Nabi dan Rasul adalah mengenai Tauhid.

Barakallahufiikum
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
*​​​​​​​Surabaya Mengaji​​​​​​​*
​Media Dakwah Sunnah​

*​​​​​​​"Menegakkan Agama Allah dengan Tauhid, Al Qur'an, dan Sunnah"​​​​​​​*

Instagram​ : goo.gl/guaw21
Fanpage​ : goo.gl/SG6IV6
Join Telegram​ : goo.gl/1oWZ1J

Minggu, 10 September 2017

BICARA TANPA PAHALA

Oleh
Ustadz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari

Waktu (baca : usia) adalah modal untuk melakukan amal shalih. Orang yang mengerti hakikat ini, maka dia tidak akan menggunakannya kecuali untuk perkara yang bermanfaat. Dia akan berusaha memanfaatkan segala potensi diri untuk mendapatkan pahala sebanyak mungkin. Diantara yang bisa mudah dimanfaatkan untuk menabung bekal di sisi Allah Azza wa Jalla adalah lidah. Dengan lidah, seseorang bisa berdzikir dan saling nasehat menasehati sehingga meraih banyak pahala. Namun sebaliknya, lidah juga bisa mengakibatkan dosa dan menyeret seseorang ke neraka, jika tidak dimanfaatkan untuk kebaikan. Kesadaran seseorang terhadap fungsi dan bahaya lisan ini akan mendorong dirinya untuk menjaga lidah, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat.

Berikut kami nukilkan beberapa bencana yang dapat ditimbulkan oleh lidah. Dengan harapan agar kita menjauhinya setelah kita faham. Karena kita tidak akan bisa menghindarinya kalau kita belum mengetahui berbagai bencana ini. Diantara bencana-bencana itu adalah :

1. MEMBICARAKAN SESUATU YANG TIDAK BERMANFAAT.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكَهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

Sesungguhnya di antara kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat [HR. Tirmidzi, no. 2317; Ibnu Mâjah, no. 3976; Mâlik, 2/470; al-Baghawi, no. 4132. Dishahihkan oleh al-Albâni]

Sesuatu yang tidak bermanfaat itu, bisa berupa perkataan atau perbuatan; perkara yang haram, atau makruh, atau perkara mubah yang tidak bermanfaat. Oleh karena itu, supaya terhindar dari bahaya lisan yang pertama ini, hendaklah seseorang selalu sesuatu yang mengandung kebaikan. Jika tidak bisa, hendaknya diam. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia mengucapkan sesuatu yang baik atau DIAM. [HR. Bukhâri, no. 6475; Muslim, no. 47; dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]

Walaupun ini berat, namun seyogyanya seorang hamba yang ingin selamat di akhirat agar selalu berusaha untuk melakukannya. Diriwayatkan bahwa Muwarriq al-‘Ijli rahimahullah berkata : “Ada satu perkara yang aku sudah mencarinya semenjak duapuluh tahun lalu. Aku belum berhasil meraihnya. Namun aku tidak akan berhenti mencarinya”. Orang-orang bertanya: “Apa itu wahai Abu Mu’tamir?” Dia menjawab : “DIAM (tidak membicarakan-red) dari SESUATU YANG TIDAK BERMANFAAT BAGIKU”

2. BERDEBAT DENGAN CARA BATIL ATAU TANPA ILMU.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ

Sesungguhnya orang yang paling DIMURKAI OLEH ALLAH adalah ORANG YANG SELALU MENDEBAT. [HR. Bukhâri, no. 2457; Muslim, no. 2668; dll]

Mendebat dalam hadits diatas maksudnya adalah mendebat dengan cara batil atau tanpa ilmu. Sedangkan orang yang berada di pihak yang benar, sebaiknya dia juga menghindari perdebatan. Karena debat itu akan MEMBANGKITKAN EMOSI, MENGOBARKAN KEMURKAAN, menyebabkan DENDAM, dan MENCELA ORANG LAIN.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang MENINGGALKAN PERDEBATAN walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang MEMBAGUSKAN AKHLAQNYA.

[HR. Abu Dawud, no. 4800; dishahîhkan an-Nawawi dalam Riyâdhus Shâlihîn, no. 630 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albâni di dalam ash-Shahîhah, no. 273]

Mengingkari kemungkaran dan menjelaskan kebenaran merupakan kewajiban seorang Muslim. Jika penjelasan itu diterima, itulah yang dikehendaki. Namun jika ditolak, maka hendaklah dia meninggalkan perdebatan. Ini dalam masalah agama, apalagi dalam urusan dunia, maka tidak ada alasan untuk berdebat.

3. BANYAK BERBICARA, SUKA MENGGANGGU DAN SOMBONG.
Masalah-masalah ini dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَ

Sesungguhnya termasuk orang yang paling kucintai di antara kamu dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang-orang yang paling baik akhlaqnya di antara kamu. Dan sesungguhnya orang yang paling ku benci di antara kamu dan paling jauh tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah ats-tsartsârûn, al-mutasyaddiqûn, dan al-mutafaihiqûn. Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui al-tsartsârûn dan al-mutasyaddiqûn, tetapi apakah al-mutafaihiqûn? Beliau menjawab: “ORANG-ORANG YANG SOMBONG”. [Hadits Shahih dengan penguat-penguatnya. HR Tirmidzi, no. 2018 dari Jâbir Radhiyallahu anhu ; dan Ahmad 2/369 dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]

Setelah meriwayatkan hadits ini, Imam Tirmidzi rahimahullah mengatakan, ”ats-Tsartsâr adalah orang yang banyak bicara, sedangkan al-mutasyaddiq adalah orang yang biasa mengganggu orang lain dengan perkataan dan berbicara jorok kepada mereka”.

Imam Ibnul Atsîr rahimahullah menjelaskan dalam kitab an-Nihâyah : “ats-Tsartsârûn adalah orang-orang yang banyak bicara dengan memaksakan diri dan keluar dari kebenaran. al-Mutasyaddiqûn adalah orang-orang yang berbicara panjang lebar tanpa hati-hati.. Ada juga yang mengatakan, al-mutasyaddiq adalah orang yang mengolok-olok orang lain dengan mencibirkan bibir ke arah mereka”.

Imam al-Mundziri rahimahullah mengatakan dalam at-Targhîb : “ats-Tsartsâr adalah orang yang banyak bicara dengan memaksakan diri. al-Mutasyaddiq adalah orang yang berbicara dengan seluruh bibirnya untuk menunjukkan kefasihan dan keagungan perkataannya. al-Mutafaihiq hampir semakna dengan al-mutasyaddiq. karena maknanya adalah orang yang MEMENUHI MULUTNYA DENGAN PERKATAAN DAN BERBICARA PANJANG LEBAR untuk menunjukkan KEFASIHANNYA, KEUTAMAANNYA, DAN MERASA LEBIH TINGGI DARI ORANG LAIN. Oleh karena inilah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menafsirkan al-mutafaihiq dengan ORANG YANG SOMBONG. [Dinukil dengan ringkas dari Tuhfatul Ahwâdzi, Syarh Tirmidzi]

Tetapi tidak termasuk sajak yang dibenci, lafazh-lafazh yang disampaikan khatib, kalimat indah untuk memberi peringatan, asal tidak berlebihan dan aneh. Karena tujuannya adalah untuk membangkitkan hati dan menggerakkannya menuju kebaikan, kalimat yang indah, dan semacamnya.

4. MENGUCAPKAN PERKATAAN KEJI, JOROK, CELAAN, DAN SEMACAMNYA.
Semua hal ini tercela dan terlarang. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ

Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan orang yang keji (buruk akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok omongannya. [HR. Tirmidzi, no. 1977; Ahmad, no. 3839 dan lain-lain]

Fuhsy (keji) dan badza’ (jorok) adalah mengungkapkan perkara-perkara yang dianggap keji (tabu) dengan kata-kata gamblang. Biasanya tentang lafazh-lafazh jima’ dan yang berkaitan dengannya. Orang-orang yang sopan akan menjauhi ungkapan-ungkapan itu dan mengunakan kata-kata sindiran, sebagaimana dicontohkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Betapa banyak perkataan keji dan jorok tersebar di zaman ini, di koran-koran, majalah-majalah, buku-buku, novel-novel, radio, HP, atau lainnya. Bahkan ada perkara yang lebih buruk dan lebih keji dari sekedar ucapan !! Namun yang bisa merasakan keburukannya adalah orang-orang yang hatinya masih hidup. Sedangkan orang yang hatinya sakit atau mati, maka dia tidak akan merasakan keburukannya, bahkan mungkin sebaliknya, dia akan merasa nikmat. Sebagaimana luka yang hanya dirasakan oleh orang yang masih hidup, sedangkan orang yang mati, dia tidak akan merasakan sakit akibat luka. Wallahul Musta’an.

5. KETERLALUAN DALAM BERCANDA.
Yaitu semua waktunya digunakan untuk bercanda dan membuat orang tertawa. Sesungguhnya banyak canda akan menjatuhkan wibawa, menyebabkan dendam dan permusuhan, serta mematikan hati. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَا تُكْثِرُوا الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

Janganlah kamu memperbanyak tawa, karena sesungguhnya banyak tertawa itu akan mematikan hati. [HR. Ibnu Mâjah, no. 4193; dishahîhkan oleh al-Albâni dalam Silsilah ash-Shahîhah, no. 506]

Apalagi jika banyak bercanda ini ditambahi dusta, maka jelas akan lebih berbahaya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan dengan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ بِالْحَدِيثِ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ فَيَكْذِبُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

Kecelakaan bagi orang yang menceritakan suatu, lalu dia berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya ! Kecelakaan baginya !. [HR. Tirmidzi, no. 2315; Abu Dâwud, no. 4990; dishahîhkan oleh al-Albâni]

Di zaman dahulu, bercanda dan membuat tertawa itu hanyalah dilakukan oleh pribadi-pribadi tertentu. Namun sekarang, grup lawak bermunculan seperti jamur di musim hujan, diperlombakan, dan dipertontonkan serta dibayar dengan honor tinggi. Setan telah menjerat banyak orang dalam kesesatan dan memanfaatkan mereka sebagai perangkap. Semoga Allah Azza wa Jalla menjaga kita dari segala jebakan setan.

Namun jika canda itu dilakukan kadang-kadang dan dengan perkataan yang benar serta dilakukan kepada orang-orang yang membutuhkannya, seperti anak-anak, wanita, sebagian orang laki-laki, sebagaimana canda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka hal itu tidak mengapa. Karena canda akan menyenangkan hati dan menyegarkan suasana. Sebagian ulama menyatakan bahwa canda dalam perkataan itu seperti garam dalam makanan.

6. MEMBICARAKAN SUATU YANG BATIL.
Maksudnya adalah menceritakan perbuatan-perbuatan maksiatnya, seperti berbangga dengan perbuatan bermabuk-mabukan atau kemungkaran yang lain. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ

Semua umatku mu’âfan (akan diampuni dosanya; atau tidak boleh dighibah) kecuali orang-orang yang melakukan dosa dengan terang-terangan. Dan termasuk melakukan dosa dengan terang-terangan adalah seseorang melakukan suatu perbuatan buruk pada malam hari, kemudian di waktu pagi dia mengatakan, ”Hai Fulan, tadi malam aku melakukan ini dan ini”. Padahal di waktu malam Allah Azza wa Jalla telah menutupi perbuatan buruknya, namun di waktu pagi dia membongkar tutupan Allah. [HR. Bukhâri, no. 6069; Muslim, no. 2990]

Oleh karena itulah, barangsiapa yang telah BERTAUBAT DARI PERBUATAN DOSA, hendaklah DIA MENUTUPI AIB DIRINYA, TIDAK PERLU BERCERITA KEPADA ORANG LAIN.

7. PERKATAAN YANG SALAH BERKAITAN DENGAN MASALAH AGAMA, APALAGI JIKA BERKAITAN DENGAN SIFAT-SIFAT ALLAH AZZA WA JALLA.
Kesalahan lisan yang satu ini, tentu susah diatasi kecuali oleh para ahli ilmu dan ahli bahasa. Orang yang malas atau tidak bersungguh-sungguh menuntut ilmu dan bahasa, maka perkataannya tidak lepas dari ketergelinciran. Semoga Allah Azza wa Jalla mema’afkan kesalahan akibat ketidaktahuan. Diantara contoh perkataan yang salah berkaitan dengan masalah agama yaitu perkataan ‘Apa yang Allah dan engkau kehendaki’. Dalam hadits dijelaskan :

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ سَمِعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَقُولُ مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ فَقَالَ بَلْ مَا شَاءَ اللَّهُ وَحْدَهُ

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berkata: “Mâ syâ’allah wa syi’ta” (apa yang Allah dan engkau kehendaki), maka beliau bersabda : “Bukan begitu, tetapi (katakanlah) : “Mâ syâ’allah wahdah” (apa yang dikehendaki oleh Allah semata). [HR. Ahmad, no: 1965]

Hikmah larangan ucapan “Mâ syâ’allah wa syi’ta” (apa yang Allah dan engkau kehendaki), dan semacamnya adalah karena ucapan itu merupakan bentuk menyekutukan kehendak Allah. Karena kata sambung “dan” bermakna mengumpulkan, menyamakan dan menyekutukan. Yang benar, dalam menggabungkan kehendak hamba dengan kehendak Allah ialah dengan menggunakan kata “kemudian”. Karena kata “kemudian” mengandung makna urutan (berikutnya) dan ada selang waktu. Hal ini karena kehendak Allah Azza wa Jalla mendahului kehendak hamba. Maka tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi kecuali yang dikehendaki oleh Allah Azza wa Jalla . Semua yang Allah Azza wa Jalla kehendaki maka pasti terjadi, dan yang tidak Dia kehendaki tidak akan pernah terjadi.

Syaikh Muhammad Nâshiruddîn al-Albâni berkata dalam kitab Silsilah al-Ahâdîst ash-Shahîhah, 1/266-267 : “Dalam hadits-hadits ini terdapat dalil bahwa ucapan seseorang kepada yang lain “mâ syâ’allah wa syi’ta” (apa yang Allah dan engkau kehendaki) dinilai syirik dalam syari’at. Dan ini termasuk syirik dalam kata-kata. Karena memberikan kesan bahwa kehendak hamba sederajat dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala . Sebabnya adalah karena menggabungkan dua kehendak tersebut. Contoh yang lain adalah perkataan sebagian orang-orang awam dan orang-orang seperti mereka yang mengaku berilmu : “Tidak ada bagiku selain Allah dan anda”, “Kami bertawakkal kepada Allah dan kepada anda”. Dan seperti perkataan sebagian para penceramah: “Dengan nama Allah dan dengan nama tanah air”, atau “Dengan nama Allah dan dengan nama bangsa”, dan kata-kata syirik yang sejenisnya wajib ditinggalkan dan bertaubat, dalam rangka beradab kepada Allah Tabâraka wa Ta’âla”.

Selain yang telah disebutkan diatas, sesungguhnya bencana-bencana lidah masih banyak, seperti ghibah, namimah, dusta, dan lain sebagainya. Namun sedikit yang kami sampaikan ini mudah-mudahan sebagai pemacu bagi kita semua untuk selalu menjaga lidah kita dari keburukan dan selalu menghiasinya dengan kebaikan. Al-hamdulillahi Rabbil ‘Alamiin.

Maraji :
1. Mukhtashar Minhâjul Qâshidîn, Imam Ibnu Qudamah, tahqîq Syaikh Ali al-Halabi.
2. Aafâtul Lisân fî Dhauil Kitâb was Sunnah, Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthâni
3. Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam, Imam Ibnu Rajab, tahqîq Syu’aib al-Arnauth dan Ibrâhim Bajis; penerbit ar-Risâlah; cet: 5; th: 1414 H/ 1994 M)
4. Hashâ-idul Alsun, karya Syaikh Husain al-‘Awaisyah, penerbit. Dârul Hijrah. Dan lain-lain.

Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XII/Shafar 1430/2009M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

#Artikel COPAS dari grup WhatsApp

Senin, 06 Maret 2017

Renungi Sejenak, Aina Nahnu Min Akhlaqis Salaf?

Yahya bin Ma’in berkata: 

ما رأيت مثل أحمد بن حنبل، صحبناه خمسين سنة ما افتخر علينا بشيء مما كان فيه في الصلاح والخير

“Aku tidak pernah melihat orang seperti Ahmad bin Hanbal. Kami berteman dengannya selama 50 tahun, dan ia tidak pernah sekalipun membanggakan keshalihan dan kebaikannya.”

Demikianlah Imam Ahmad yang banyak amalnya tapi enggan menceritakan kebaikannya. Adapun kita yang sedikit amalnya, malah ingin menceritakan kebaikan kita kemana-mana.

~~~
=Terjemah teks dlm gambar diatas:

Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu tidak suka diikuti orang. Jika ada yang mengikutinya maka ia suruh pulang, karena menurutnya yang demikian adalah kehinaan bagi yang mengikuti dan malapetaka bagi yang diikuti.

Demikianlah para salafush sholih, mereka membenci popularitas. Adapun keadaan manusia sekarang adalah kebalikannya. Senang jika populer dan banyak pengikutnya. 

Allahul musta'an.

_______

Admin WA Masjid Al-Irsyad Sby

Senin, 27 Februari 2017

TAWASSUL ILALLAH (Muhadharah Syaikh Abdurrozzaq Al-Abbad Al-Badr)



Muhadharah: Syaikh Abdurrozzaq Al-Abbad Al-Badr (Guru Besar Universitas Islam Madinah)
Waktu: 26 Jumadil 'Ula 1438 H/23 Februari 2017
Tempat: Masjid Mujahidin, Perak, Surabaya

Kamis, 16 Februari 2017

Kumpulan E-Book Islam

Silahkan bagi yg mmbutuhkan
====================

KUMPULAN E-BOOK

1. Kitab Al-Umm – Imam Asy-Syafi’I – Terjemahan Lengkap: http://adf.ly/1jeS8e
2. Kitab Al-Adzkar – Imam An-Nawawi – Terjemahan Lengkap: http://adf.ly/1jeTF0
3. Kitab Asbabun Nuzul – Jalaludin Asy-Syuyuti – Terjemahan: http://adf.ly/1jeTR1
4. Kitab At-Targhrib wa At-Tarhib – Nashirudin Al-Albani – Terjemahan Lengkap: http://adf.ly/1jeTfB
5. Kitab Bulughul Maram – Ibnu Hazar Al-Asqalani – Terjemahan Lengkap: http://adf.ly/1jeTuJ
6. Kitab Fathul Bari – Ibnu Hazar Al-Asqalani – Terjemahan Lengkap: http://adf.ly/1jeU5l
7. Kitab Fathul Mu’in – Zaenudin bin Abdul Aziz Al-Malibari – Terjemahan Lengkap: http://adf.ly/1jeU5l
8. Kitab Ihya Ulumiddin – Al-Ghazali – Terjemahan Lengkap: http://adf.ly/1jeUpB
9. Kitab Nailul Authar – Faishal bin Abdul Aziz Al-Mubarak – Terjemahan Lengkap: http://adf.ly/1jeV2T
10. Kitab Riyad Ash-Shalihin – Imam Nawawi – Terjemahan Lengkap: http://adf.ly/1jeVEb
11. Sejarah Hidup Nabi Muhammad 
 – Muhammad Husin Haekal: http://adf.ly/1jeVQd
12. Kitab Hadits Shahih Muslim: http://adf.ly/1jeVeR
13. Kitab Sirah Nabawiyah – Syeikh Safy al-Rahman al-Mubarakfuriyy: http://adf.ly/1jeVns
14. Kitab Subulu-salam – Nashirudin Al-Albani – Terjemahan Lengkap: http://adf.ly/1jeW1i
15. Kitab Sunan Abu Daud: http://adf.ly/1jeWC9
16. Kitab Sunan Ibnu Majah: http://adf.ly/1jeWHi
17. Kitab Hadits Tirmidzi: http://adf.ly/1jeWOF
18. Aplikasi untuk membuka E-Book di Komputer/PC: http://adf.ly/1jeWVF
19. Aplikasi untuk membuka E-Book di Android: http://adf.ly/1jeY7p
20. 40 Hadits Peristiwa Akhir Zaman: http://adf.ly/1jeWcs
21. Afatul Lisan – Al-Ghazali: http://adf.ly/1jeWin
22. Kitab Al-Hikam – Ahmad bin Athaillah – Terjemahan Lengkap: http://adf.ly/1jeWuX
23. Kitab Al-Fiqhul Islam – Sa’duddin bin Muhammad Al-Kuba - Terjemahan Lengkap: http://adf.ly/1jeXAt
24. Al-Lu'lu Wal Marjan: http://adf.ly/1jeXKN
25. Al-Muwattha' – Imam Malik – Terjemahan Lengkap: http://adf.ly/1jeXUk
26. Kitab Al-Umm – Imam Asy-Syafi’I – Arabic: http://adf.ly/1jeaR6
27. Aqidah Ahlussunnah Waljamaah: http://adf.ly/1jeadx
28. Aqidatul Awam: http://adf.ly/1jeakD
29. Asbabul_Wurud_Hadits: http://adf.ly/1jeaq3
30. Bidayah Wa Nihayah – Ibnu Katsir: http://adf.ly/1jeaur
31. Muqaddimah – Ibnu Khaldun - Terjemahan: http://adf.ly/1jebHP
32. Muqaddimah – Ibnu Khaldun - Arabic: http://adf.ly/1jebTL
33. Bolehkah Makan Dirumah Keluarga Orang Mati: http://adf.ly/1jfP8p
34. Daqaiqul Akbar: http://adf.ly/1jfPLS
35. Derajat Hadits: http://adf.ly/1jelxI
36. Fadhail Al-Qur’an: http://adf.ly/1jem93
37. Fiqh Shalat 4 Madzhab: http://adf.ly/1jfPXH
38. Fiqhul Akbar Abu Hanifah: http://adf.ly/1jemWu
39. Fiqhul Akbar Asy-Syafi’i: http://adf.ly/1jemdS
40. Hadits Kontradiktif: http://adf.ly/1jemlx
41. Kitab Jawahirul Kalamiyyah – Thahir bin Shalih Al-Jazairi – Terjemahan: http://adf.ly/1jfQ92
42. Kamus Al-Munawir Digital: http://adf.ly/1jfQNy
43. Kisah Keajaiban Isra' Mi'raj: http://adf.ly/1jfQaX
44. Kisah Para Nabi dan Rasul: http://adf.ly/1jfQlJ
45. Kitab Hadits 9 Imam: http://adf.ly/1jfR2g
46. Klasifikasi Kandungan Al-Qur'an: http://adf.ly/1jfRF9
47. Kumpulan Bahtsul Masaail: http://adf.ly/1jfRVv
48. Kumpulan Bahtsul Masaail: http://adf.ly/1jfRop
49. Kitab Lubabul Hadits - Jalaludin Asy-Syuyuthi – Terjemahan: http://adf.ly/1jfSH8
50. Kitab Matan Jurumiyyah – Ash-Shanhaji - Terjemahan: http://adf.ly/1jfSmq
51. Kitab Matan Safinah An-Najah – Salim bin Sumair Al-Hadramiy: http://adf.ly/1jfTGp
52. Mengenal Tanda-tanda Kiamat: http://adf.ly/1jfTXm
53. Kitab Minhajul Abidin – Al-Ghazali - Terjemahan: http://adf.ly/1jfTtx
54. Mitos Pribumi Malas: http://adf.ly/1jfUE2
55. Mushtholah Hadits: http://adf.ly/1jfUYO
56. Nashaihul Ibad – Nawawi Ibnu Umar Al-Jawi - Terjemahan: http://adf.ly/1jfUzH
57. Nurul Yaqiin - Khudari Beik: http://adf.ly/1jfVro
58. Pengantar Sejarah Tadwin Hadits: http://adf.ly/1jfX03
59. Prinsip Ilmu Ushul Fiqh: http://adf.ly/1jfXEs
60. Qurratul Uyun: http://adf.ly/1jfXSe
61. Rahasia yang Maha Indah: http://adf.ly/1jfXot
62. Ringkasan Bidayah wa Nihayah: http://adf.ly/1jfY1S
63. Kitab Safinatun_Najah: http://adf.ly/1jfYSU
64. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah : http://adf.ly/1jfYmX
65. Kitab Shahih Bukhari: http://adf.ly/1jfZ5W
66. Shahih Muslim: http://adf.ly/1jfZWC
67. Shahih Jami' Ash-Shagir: http://adf.ly/1jfa0e
68. Subulus Salam: http://adf.ly/1jfaT6
69. Sullam At-Taufiq: http://adf.ly/1jfayO
70. Sunan Ad-Darimi: http://adf.ly/1jfbIA
71. Sunan An-Nasa’i: http://adf.ly/1jfbcp
72. Syarah Arbain Nawawiyah: http://adf.ly/1jfbsO
73. Syarah Shahih Muslim: http://adf.ly/1jfc77
74. Tabel Ilmu Hadits: http://adf.ly/1jfcSd
75. Tafsir Ibnu Katsir: http://adf.ly/1jfcoE
76. Tafsir Ibnu Al-Qayyim: http://adf.ly/1jfdZy
77. Tafsir Al-Wushul ila Al-Ushul: http://adf.ly/1jfeNN
78. Tafsir Al-Wushul ila Al-Ushul: http://adf.ly/1jfek9
79. Ta'lim Muta'alim: http://adf.ly/1jffBN
80. Taqrib Matan: http://adf.ly/1jffUS
81. Wajibkah Memperingati Maulid Nabi ﷺ: http://adf.ly/1jffiE

SEMOGA BERMANFAAT.

----------

Senin, 13 Februari 2017

"PAMITAN KOPLAK RESIGN BRI YANG MAK JLEBB..."

Assalamu'alaikum
Warokhmatullohi
Wabarokaatuh...

"Bismillahirrahmanirrohim..."

Pagi hari tadi, tibalah saya di hari yang sdh saya nantikan sejak lama, yaitu hari dimana saya pamitan di BRI Kantor Cabang Semarang Pandanaran tempat saya bekerja. Ya benar, Saya resign...

Malam sebelumnya, semalaman saya pusing memikirkan...

gimana cara menyampaikan "riba dg bahasa yg simple tapi mak jlebb..."

di forum doa pagi yang dipenuhi banyak pekerja, supervisor2, manager2 dan pimpinan tertinggi yaitu Pemimpin Cabang (Pinca) BRI Kantor Cabang Semarang Pandanaran

Di akhir kalimat pamitan saya, atas ijin Allah, spontan saya menemukan kalimat ini...

Dengan intonasi serius, dan jeda antar kalimat yg cukup jauh, spy dapet feel renunganya...

"bapak ibu semua..."

"saya ingin menyampaikan sebuah bahan renungan..."
(langsung semua mata tertuju kepada saya, mungkin mereka berpikir, apakah saya mau nekad ngomongin ttg riba disini???).
batin saya, "Ya Benar... saya memang nekad..."

Dan dengan penuh sopan santun, saya mulai mengucapkannya...

"apakah..."

"bapak ibu semua..."

"pernah berpikir..."

"kalau ternyata..."

"sholat kita..."

"puasa kita..."

"sedekah kita..."

"infaq kita..."

"bahkan haji kita..."

"semua amal sholeh kita..."

"semua amal ibadah kita..."

"semua tidak diterima sama Allah..."

"kenapa bisa begitu..."

"ya... memang bisa..."

"Adakah sebabnya...?"

"ada..."
(mereka mulai tercengang... mungkin kaget dengan kata2 "ada")

"taukah bapak ibu, apa sebabnya..."

"jawabannya..."

"adalah..."

"riba..."

(langsung deh... mereka pada tertunduk... "Mak Jlebb pasti...")

Kemudian spy tdk kehilangan moment renungan, langsung saya susul dengan membagikan booklet 13 fakta riba...

Dan...

Pemimpin Cabang BRI adalah orang pertama saya kasih booklet tsb... dan sengaja saya kasi 3 booklet khusus buat beliau...

Baru kemudian saya lanjut bagikan ke manager2, supervisor, dan semua pekerja...

Saya melihat ekspresi wajah2 mereka yang gimanaaa gitu...

Juga sekilas saya sempat melihat senior teman dekat saya yg sdh haji, sempat menepuk-nepukan dg pelan booklet itu ke keningnya...
(Entah apa maksudnya...)

Beberapa ada yg bilang, "mas sebenarnya aku tau riba itu haram, tapi aku belum siap... Aku masih belum berani kehilangan pekerjaan dan..."
(Astaghfirullah hal'adzim...)

Belum cukup disitu, saya dan Mbak Cici yang resign dengan alasan yang sama, secara pribadi menghadap Bpk Pinca, karena mbak Cici buru2 beliau pulang duluan dan saya dapat kesempatan 4 mata ngobrol ttg riba dengan Bapak Pinca, saya salut dengan respon beliau yang "open" terhadap riba. Biasanya orang Bank, apalagi punya jabatan tinggi, diajak bahas riba, biasanya ngeyel cari pembenaran. Tapi beliau bisa menerima, jujur saya salut dengan beliau...

Semoga Allah mudahkan beliau utk semakin paham dan meninggalkan riba...
Aamiin...

Alhasil, pagi tadi, meski belum semua kebagian, tapi sekitar 50 booklet 13 fakta riba, sukses saya bagikan di forum resmi doa pagi PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR CABANG SEMARANG PANDANARAN

Bila tulisan saya ini, sampai di tangan bapak ibu pekerja bahkan pejabat BRI, disini sama sekali tidak ada niat buruk, saya hanya ingin mengingatkan kepada bapak ibu semua, bahwa semua penghasilan (dari gaji, uang cuti, insentif, bonus bahkan THR) yang anda terima, itu berasal dari bunga (riba) yang dibayar oleh debitur pinjaman. Dan menurut Islam riba hukumnya haram, artinya semua penghasilan Anda haram...
Maka tinggalkanlah...

Disana, tak banyak yang bisa saya harapkan dari respon mereka, krn tugas kita sesama muslim adalah mengingatkan muslim yang lain saat mereka keliru, selanjutnya hak ALLOH untuk memberi hidayah kepada mereka...

Semoga semakin banyak saudara muslim kita diluar sana yang semakin tersadar akan bahaya, dosa dan adzab riba...

Ini adalah pengalaman nekad saya yang "koplak :D" dengan membahas ttg riba di dalam kantor BRI, didepan semua pekerja dan petinggi BRI, rasanya luar biasa bisa melihat ekspresi wajah2 mereka...

Semoga bermanfaat dan dapat menjadi sebab awal terbukanya hati untuk bisa menerima hidayah dari ALLOH...

Aamiin...

Wassalamu'alaikum
Warokhmatullohi
Wabarokaatuh...

Irsan Eddy Nugroho
Semarang 07:30 wib
Selasa 31 Januari 2017
Resign dari pegawai tetap
Masa kerja 11 thn 3 bln
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

"Alhamdulillahirobbil'alamiin..." :D

Irsan
MTR #10 Jawa Tengah

_____

Copas dari WA,
Keaslian berita cek di http://harianamanah.id/berita-tolak-riba-mantan-karyawan-bank-resign-dan-nasehati-pimpinan-serta-kerabatnya.html

Download booklet nya pak Irsan DISINI:

Semoga Allah memberi kita semua hidayah dan keistiqamahan..

Manusia Terbagi Menjadi Dua tentang Bahagia

CATATAN KECIL

Manusia itu terbagi menjadi dua :

•1. Manusia yg senantiasa memBAHAGIAkan orang dimana saja dia pergi

•2. Manusia yang manusia lain disekitarnya BAHAGIA kalau dia pergi

Mari bahagiakan orang-orang dengan perkataan baik, sikap bijaksana, pertolongan, senyum keceriaan, persahabatan tanpa khianat,  dimana saja kita pergi.

بارك الله فيكم

✒ Ustadz Syahrullah Hamid -Hafizhahullah-

Sumber: Grup WA "Belajar Islam Intensif"
www.belajarislamintensif.com

     Gabung Grup BII
     Ketik BII#Nama#L/P#Daerah 
     Kirim via WhatsApp ke: +628113940090

Sabtu, 10 Desember 2016

Pak Bagus (Sebuah cerita inspirasional bagaimana cara berprasangka baik)

#Artikel Copas
Entah ini tulisan siapa, tapi Bagus...
-----

Pak Bagus

Ada seorang teman, Pak Bagus namanya.

Beliau adalah seorang guru yang sangat ceria, menyenangkan dan kocak.

Siapapun yang berada di dekatnya merasa gembira ria.

Keunikannya adalah bahwa ia selalu berkata, "Bagus itu!" untuk segala hal. Di matanya segalanya adalah karunia.

Hujan?
"Bagus itu, banyak berkah, saatnya berdoa"

Sakit?
"Bagus itu, saatnya untuk beristirahat"

Tidak naik kelas?
"Bagus itu, jadi kamu bisa belajar lebih dalam"

Dipecat?
"Bagus itu, saatnya belajar sungguh-sungguh menjadi pengusaha"

Di sisi lain ia perfeksionis luar biasa. Ia bisa melihat kesalahan sampai titik koma sekalipun. Bedanya dengan guru lain, ia tak pernah marah hanya gara-gara kurang titik koma. Ia akan dengan sangat teliti memberikan masukan.
"Tulisan kamu bagus. Kamu cukup kritis dan analitis. Supaya lebih sempurna, coba pelajari bagaimana kamu bisa menyusun kata-kata agar lebih meyakinkan. Bagus itu, kamu jadi tahu dan bisa belajar lebih baik lagi."

"Bagus itu" tak pernah ketinggalan.

Baginya semua muridnya punya perjalanannya masing-masing. Tak ada yang bodoh, tak ada yang kurang ajar.

 Semua "bagus" dan bisa dibantu untuk "lebih bagus lagi." Di sinilah perannya sebagai seorang guru, untuk memberdayakan muridnya agar bisa mengeluarkan potensi terbesarnya.

Sebagai guru ia memilih untuk menjadi fasilitator, bukan instruktur. Ia memilih untuk bertanya, dan bukan memerintah. Ia memberdayakan, bukan mengoreksi.

Hal yang sama dilakukannya juga untuk semua temannya.
Tak ada korban gossip di matanya, karena semua orang "bagus" dan "hebat."
Ia bisa melihat kebaikan dari semua hal-hal sampai yang terkecil.

Istrinya, anaknya, teman-temannya, semua adalah berlian-berlian dalam hidupnya yang benar-benar disyukurinya.
Tak ada yang buruk, semua bagus.

Pak Bagus tak bisa dibilang ganteng, tapi melihat wajahnya semua orang merasa teduh. Wajah yang senyum terus.

Ia tak bisa dibilang kaya raya, tapi ia selalu sejahtera, selalu bisa berbagi dan menjadi tangan di atas.

Rejekinya adaaaaa saja. Seakan keberuntungan selalu ada di pihaknya. "Hoki" kalau kata orang.

Ia jarang sakit, dan keluarganya pun jarang sakit. Jadi hemat sekali mereka sebagai keluarga.

Itulah dia Pak Bagus, sebuah karunia bagi semua yang ada di sekitarnya.

Karena kita semua tak bisa mengeluh, tak bisa bergossip, tak bisa marah, karena semua dijawab dengan, "Bagus itu!"

Dan teman-temannya yang sudah siap mengeluh pun jadi berfikir, "Ia juga ya. Keluhanku itu sebenarnya bagus. Kenapa nggak terfikir kemarin-kemarin ya?"

Nah, teman-teman, kalau ada yang mau mengeluh, bayangkan ada Pak Bagus di samping dan langsung saja bilang, "Bagus itu." Itu dulu.

Nanti otak kita akan langsung mencerna dan mencari "bagusnya" di mana. Otak pintar kok. Ia akan menyesuaikan diri pada kata-kata kita.

Kalau ada yang mau gossip dekat kita, langsung jawab, "Dia suka marah-marah? Bagus itu. Jadi kita tahu dimarahin itu nggak enak. Sekarang kamu punya jalan dapat pahala kan?"

Kalau ada yang kesal gara-gara kehilangan barang, "Bagus itu. Siapa tahu kamu kurang sedekah. Bagus cuma kehilangan barang itu. Kalau hidupmu yang diambil, gimana?"

Ada yang nangis baru diputusin,
"Bagus itu. Kamu bisa cari yang lebih bagus lagi."

Semua bagus...

Karena semua kejadian terjadi sebagai akibat atas perbuatan kita sendiri, dan semua mengajarkan kepada kita untuk menanam kebaikan, agar kita memanen kebaikan pula.

Kita saja yang seringkali sulit mencari hikmah di balik semua kejadian.

Semua orang pun baik apa adanya, karena di dalam diri semua orang, bersemayamlah Sang Maha Bagus.

Semua yang hadir dalam kehidupan kita memberi pelajaran, agar kita bisa lebih bagus lagi dalam hidup, lebih dekat lagi dengan sesama kita, dan bersedia mempersembahkan yang paling bagus buat sesama kita.

Semua bagus. Semua indah.

_____

Dari sebuah grup kemarin siang.
Coba praktekkan, bagus itu...
#Share jika bermanfaat

Senin, 19 September 2016

Saat Surga yang Luas Tidak Ada Gunanya

 Apa Artinya Jannah itu Luas jika...., 

Suatu ketika ada lelaki shaleh yang mendirikan shalat malam. Ketika sampai pada ayat, “Bergegaslah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian, dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran : 133). Ia mengulang-ulang ayat itu. 

Dengan merenungi dan menadaburi ayat-ayat yang diulangnya, tak terasa ia menitikkan air mata. Satu ayat itu diulangnya hingga Shubuh.  

Pada pagi harinya ada orang yang bertanya kepadanya, “Mengapa ayat itu membuatmu menangis? Bukankah ayat itu berkata tentang surga yang dibentangkan sangat luas?” 

Lelaki Shalih tersebut menjawab, “Wahai sepupuku, apa artinya surga dibentangkan dengan luas jika aku tidak punya tempat sejengkal pun di dalamnya?” 

[Lih. Ash-Shafaqat Ar-Rabihah, Khalid Abu Syadzi].

Akhukum fillah.

✒ Kiriman Ustadz Oemar Mita, Lc

__

(17 Dzulhijjah 1437)

Kamis, 15 September 2016

Cium Tangan Ibumu.. Begitupun Ayahmu...

⁠⁠⁠Ciumlah Tangan ibumu,
Karena tangan itulah yang selalu menengadah pada Rabbnya memintakan kebaikan untukmu..

Ciumlah keningnya ...
Karena ialah yang paling dekat dengan Rabb nya ketika bersujud.. 
Mengeluh akan masa depanmu dikemudian hari... 
Yang seiring dengan waktu mulai mengkerut ...
Jangan sampai air matanya menetes karena sakit hati olehmu, 
Sedangkan air mata itulah yang selalu mengaduh pada Rabb nya untuk segala kesuksesanmu..

Begitupun Ayah... 
Mungkin ia jarang diperlakukan seperti ibu... 
Ia lebih suka melihatmu bersikap lembut terhadap ibu..
Ia akan tenang, karena suatu hari akan ada yang menjaga ibumu kelak saat ia sudah tiada... .
Jangan terlalu sibuk dengan aktifitas mu sehingga melupakan orang tua... 

Ingatlah, semakin hari mereka semakin menua ...
Dan waktu mu semakin sedikit... 
Untuk berbakti pada mereka tentunya... .

Sebelum pergi beraktifitas, Kemanapun ...
Ciumlah tangan mereka...
Semoga keberkahan Allah senantiasa tercurah padamu

_____

#Copas dari Grup sebuah grup WA, 13 Dzulhijjah 1437 H.

Saya tidak tahu siapa yang nulis. Tapi mudah2an mengingatkan kita ke yang sekian-sekian kalinya akan jasa-jasa ibu bapak kita..

Jangan lupa doakan mereka di setiap untaian doamu,
"Rabbighfirlii wali wali dayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shagira.."

Kamis, 01 September 2016

"Apa Tujuanmu Kuliah?"

#CurhatanSangMaba

"Apa Tujuan-mu Kuliah?"

Tentu pertanyaan di atas memiliki berbagai jawaban, dari yang paling klasik yaitu ingin menjadi sarjana atau untuk mendapat pekerjaan yang mapan hingga yang cuma pingin ngisi waktu daripada nganggur di rumah. Jika Tujuan-mu hanya ingin mendapat ijazah, kertas seperti itu dengan mudah kau dapat di beberapa percetakan. Jika Tujuan-mu hanya ingin mendapat pekerjaan lalu digaji 5-6 juta-an, di tempat saya sempat training banyak sales yang income nya per bulan bisa sampai 7-8 jutaan, belum lagi kalau kita bicara lulusan SMP SMA yang jadi pengusaha beromset milyaran. Jika Tujuan-mu hanya ingin gaya-gaya an, pamer almamater kebanggaan, lalu di kelas cuma plonga-plongo kayak orang utan. Lalu apa bedanya sama tukang becak yang nemu jas almamater di pinggir jalan?

Mahasiswa? Suatu status yang tak mudah didapatkan. Hanya orang-orang pilihan yang akhirnya bisa sampai di tahap perkuliahan. Banyak orang yang berguguran, banyak orang yang putus harapan, jadi sekali lagi Anda adalah orang-orang pilihan. Tak peduli almamater apa yang kau kenakan, jika tujuan-mu tuk memperbaiki keadaan,memajukan peradaban, mengentas kemiskinan. Maka engkaulah seorang pahlawan!

Mari kita sedikit bicara tentang kemahasiswaan, tentang ormawa(BEM, HIMA)dan ukm. Sebagian mahasiswa memilih tak mau kerepotan, hingga mereka jadi mahasiswa kupu-kupu(kuliah pulang kuliah pulang). Sebagian lagi memilih mengabdikan diri ke organisasi, mereka menyebut diri mereka kura-kura(kuliah rapat kuliah rapat) alasannya macam-macam mulai dari ngincar skp dari kepanitiaan, atau malah cuma ajang pamer jabatan. Tidak ada yang salah dengan organisasi, disini kita belajar kepemimpinan,keterampilan dan pengalaman terlibat kepanitiaan. 

Tapi sepertinya ada yang kurang. Terasa ada yang hilang, apakah karena dibungkam oleh benda yang disebut uang? Ketika saya berjalan seakan-akan hanya langit dan tanah yang halal kupandang. Para wanita berlomba-lomba berpenampilan paling menantang. Bagi mereka keren memang, bagiku bak binatang yang belajar untuk telanjang, miris memang.

Kembali kepada bagian yang hilang? Apakah mereka terbuang ? Dimana orang-orang yang menyerukan kebaikan ?! dimana manusia-manusia yang mencegah kemungkaran ?! Seakan-akan api dakwah telah hilang ditelan zaman. Zaman yang mereka sebut era kebebasan. Seakan-akan diri mereka lupa ini adalah perintah Tuhan.

Jujur saya sempat mundur sebelum berperang. Bagiku tak ada lagi kesempatan berdakwah kepada mereka yang telah menjadi budak uang.Sempat ragu apakah harus bergabung dengan UKKI, apakah mereka benar-benar orang yang menjadi pejuang kebaikan atau sekumpulan anak muda yang hanya ingin jadikan sekre masjid sebagai tempat peristirahatan dari penatnya perkuliahan.

Selasa, 26 Juli 2016

Allah sedang Menutupi Aib Kita

"JIKA BUKAN KARENA ALLAH MENUTUPI AIB-AIB KITA, TENTU MANUSIA TERHERAN-HERAN BETAPA BANYAK PERBUATAN KITA TAK SESUAI DENGAN STATUS/KIRIMAN KITA."

>>Status/Kiriman kita,

✔Tidak sesuai dg ucapan kita,
✔Tidak sesuai dg ibadah kita,
✔Tidak sesuai dg sedikitnya amal sholeh kita,
✔Tidak sesuai dg keluarga kita.
✔Tidak sesuai contoh orang2x sholih, dst

✔Maka jangan berhenti untuk Taubat, dan Istighfar, min 100x tiap pagi.
✔Terus, jangan berhenti belajar Islam agar FAHAM.
✔Milikilah Amalan yg ISTIQOMAH.
✔Jalin Ukhuwah Islamiyah,
✔Ikutilah Ulama', Pimpinan, Atau aturan yg disepakati selama tidak bertentangan dg Islam.
✔Jangan lupa ber-Do'a dst.

"Setiap kita pasti membuat kesalahan, namun sebaik baik orang adalah ketika dia berbuat salah cepat bertaubat memperbaikinya"

Semangat Perbaikan diri,
Dan Banyak Berbuat Baik.


_____

Copas dari Grup WA Masjid Al-Irsyad Sby, 21 Syawal 1437 H.

Kamis, 31 Maret 2016

Akhlaq Mulia Seorang Muslim...

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Seorang yang cerdas adalah seorang yang berusaha mencari amalan-amalan yang pahalanya besar.

Karena kita sadar bahwasanya umur kita tidak lama, kemampuan kita beramalpun tidak selamanya kuat.

Oleh karenanya para shahabat terdahulu selalu bertanya kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟

"Amalan mana yang paling afdhal, ya Rasūlullāh?"

Diantara amalan yang afdhal yang hendaknya kita lakukan adalah berakhlaq mulia.

Berakhlaq mulia adalah amalan yang sangat luar biasa.
Dalam hadits, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لَيْسَ شيْءٌ أَثْقَلُ في مِيزَانِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ

"Tidak ada amalan yang paling berat timbangannya di akhirat kelak seperti akhlaq yang mulia."

Ini menunjukkan bahwasanya akhlaq yang mulia jika diletakkan ditimbangan di akhirat kelak sangat berat.

Kemudian juga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam haditsnya pernah berkata:

إنَّ الرَّجُلَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ

"Sesunguhnya seseorang dengan akhlaqnya yang mulia bisa meraih derajat orang yang senantiasa puasa sunnah dan senantiasa shalat malam."

• Orang ini, mungkin jarang shalat malam
• Orang ini, mungkin bahkan tidak shalat malam
• Orang ini, mungkin tidak puasa sunnah.

Akan tetapi, karena akhlaqnya mulia maka dia bisa mencapai derajat orang-orang yang senantiasa shalat malam dan senantiasa puasa sunnah.

Karenanya, kita berusaha menghiasi diri kita dengan akhlaq yang mulia.

Dalam hadits, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

أنا زَعِيمٌ ببيتٍ في أعْلَى الجنَّةِ لمنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

"Aku menjamin istana di atas surga bagi orang yang memperindah akhlaqnya."

Akhlaq bisa diperindah.

Rasūlullāh mengatakan bahwa beliau menjamin istana di surga yang paling tinggi bagi orang yang memperindah akhlaqnya.

Contoh nyata dari praktek akhlaq yang mulia sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Perhatikan!
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أَقْرَبَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاقًا      

"Orang yang paling dekat dengan aku pada hari kiamat kelak (tentunya disurga) yaitu orang yang paling baik akhlaqnya."

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan, siapa orang yang paling baik akhlaqnya.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
الْمُوَطَّئُونَ أَكْنَافًا ، الَّذِينَ يَأْلَفُونَ وَيُؤْلَفُونَ ،

"Yaitu orang-orang yang membentangkan tangan-tangan mereka yaitu orang-orang yang mudah untuk bergaul dan mudah untuk diajak bergaul."

Ternyata di antara akhlaq yang mulia adalah mudah untuk bergaul dan mudah untuk diajak bergaul.
َلا خَيْرَ فِيمَنْ لا يَأْلَفُ وَلا يُؤْلَفُ

"Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bisa bergaul dan tidak bisa diajak bergaul."

Lantas bagaimana kita bisa mudah bergaul?
Tentunya jika kita:
• murah senyum
• ramah tamah
• tidak sombong
• tidak angkuh
• menghargai oranglain

Ini agar kita bisa mudah bergaul, agar orang tertarik dengan kita.

Terutama tatkala kita ingin berdakwah. Kita ingin masyrakat menerima dakwah kita.
Bagaimana caranya agar mereka mau bergaul dengan kita?
Agar kita mudah bergaul dengan mereka?

Maka janganlah kita menjadikan kita seakan-akan eksklusif yang membuat orang seakan-akan enggan untuk dekat dengan kita.

Maka nashihat saya kepada para ikhwan sekalian...
Bagi anda yang berpenampilan islami, dengan jenggot yang panjang...
Jadilah anda lebih manis dengan jenggot anda...
Murah senyum...

Orang akan semakin tertarik tatkala melihat anda manis dengan jenggot anda...

Bukan sebaliknya,
Semakin sangar...
Semakin dijauhi orang...
Semakin ditakuti oleh orang...

Ini cara yang keliru.

Demikian juga ukhti muslimah, saudariku...
Tatkala anda memakaijilbab...
Tatkala anda memakai cadar...
Jadilah anda sebagai seorang wanita yang ramah...
Jika melewati oranglain maka tegur...
Jika melewati ibu-ibu yang tidak berjilbab maka salami... tegurlah dia...

Tunjukkanlah bahwasanya wanita yang berjilbab dan bercadar adalah seorang wanita yang rahmat...
Seorang wanita yang mudah untuk beramah tamah dengan oranglain...

Bukan tampilan seorang yang eksklusif, yang jika melewati oranglain cuek, tidak menegur, sehingga terkesan seakan-akan merendahkan, seakan-akan menghinakan.

Dan saya ingatkan, hati-hati jangan sampai seorang menjadi sebaliknya!
Yaitu orang yang paling hina di hadapan Allāh pada hari kiamat kelak.

Siapakah orang tersebut?
Orang tersebut adalah orang yang dijauhi oleh masyarakat, tidak ingin didekati oleh masyarakat.

Kenapa?
Karena:
• lisannya yang kotor
• tidak menghargai orang lain
• suka menghina orang lain

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ الله يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ

"Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya dihari kiamat kelak adalah orang yang ditinggalkan oleh manusia (masyarakat) karena mereka tidak ingin disakiti oleh lisannya yang kotor."

Dalam riwayat lain اتِّقَاءَ شَرِّهِ.
Karena manusia ingin menjauh dari keburukannya.

Karenanya, manislah anda dengan jenggot anda, dan indahlah anti dengan jilbab dan cadar anti dihadapan masyarakat.

والحمد للّه رب العلمين
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته.

 _________________

Sumber: Grup WA "Bimbingan Islam"
www.bimbinganislam.com
fb.com/TausiyahBimbinganIslam

Kekuatan dan Keajaiban Sebuah Do'a...

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Siapa manusia di atas muka bumi ini yang tidak mengalami masalah.
Setiap kita, setiap manusia, pasti menghadapi problematika.

Ada yang diliputi kesedihan karena memikirkan kekurangan harta.
Ada yang diliputi kesedihan karena memikirkan hutang yang bertumpuk-tumpuk.
Ada yang diserang dengan kegundah-gulanaan karena mengharapkan anugerah anak yang tidak datang-datang.
Dan ada jua yang bersedih karena merasakan penderitaan penyakit yang tidak kunjung sembuh.

Banyak orang yang mencari solusi dari problematika yang dihadapinya.

Tentunya, tidak mengapa manusia berusaha untuk menghilangkan kesulitan yang dia hadapi. Bahkan dia harus berusaha.

Akan tetapi, solusi yang paling utama yang terkadang dilupakan oleh seorang mukmin adalah solusi do’a.

Do’a merupakan solusi yang pertama, bukan solusi yang terakhir.
Bahkan dia adalah solusi yang pertama sebelum usaha yang lain dilakukan.

Bukankah para ulama menyatakan bahwasanya do’a adalah “senjatanya mukmin”,

Yakinlah bahwasanya segala problematika, segala masalah, jika Allāh berkehendak,  Allāh hanya mengatakan, “Kun, fayakun,” maka hilanglah dengan sekejap mata segala problematika.

Solusi yang terbaik adalah  do’a yang tulus yang diucapkan seorang hamba dalam waktu beberapa menit yang keluar dari hati yang sangat dalam, bisa menghilangkan problematika yang mungkin telah dialami dalam waktu yang panjang.

Lihatlah, bagamana para nabi berdo’a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Para nabi, orang-orang yang sholeh juga diuji oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Mereka juga mengalami problematika, juga mengalami kesedihan.

Lihatlah Nabi Ayyub ‘alaihi salam yang pernah diuji Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan penyakit.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman, menyebutkan tentang kisah Nabi Ayyub ‘alaihi salam:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“(ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya, ‘(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang’." (QS. Al-Anbiya: 83)

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ ۖ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ

“Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allāh.” (QS. Al-Anbiya: 84)

Dan ingatlah bagaimana Nabi Ayyub ‘alaihi salam, tatkala dia berkata kepada Rabbnya,

“Ya Allāh, aku ditimpa dengan pederitaan, ditimpa dengan penyakit dan Engkau adalah zat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

Suatu kalimat yang keluar dari Nabi Ayyub ‘alaihi salam dengan do'a yang tulus dari hati yang dalam, Allāh hilangkan penyakit yang dialaminya bertahun-tahun.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla, “Kami kabulkan permintaanya dan Kami hilangkan penyakit yang dialaminya.”

Demikian juga Allāh sebutkan tentang Nabi Yunus ‘alaihi salam:
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zholim."
(QS Al-Anbiya: 87).

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ ۚ وَكَذَٰلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ

Maka Kami telah memperkenankan doanyadan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.
(QS Al-Anbiya: 88).

Nabi Yunus ‘alaihi salam, tatkala ditelan ikan paus kemudian dia tenggelam dalam tiga kegelapan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan bahwa Nabi Yunus ‘alaihi salam menyeruh dalam kegelapan-kegelapan.

Beliau berada dalam kegelapan perut ikan paus, berada dalam kegelapan malam dan berada dalam kegelapan lautan.

Tidak ada yang bisa menyelamatkannya kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Maka Nabi Yunus kemudian mengatakan, “Ya Allāh, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, ya Allāh.  Aku termasuk orang-orang yang berbuat zholim.”

Apa kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla?
“Kamipun mengabulkan do'a Nabi Yunus, Kami selamatkan dia dari  kesedihan.”

Kemudian Allāh tutup firman Nya dengan mengatakan,
“Dan demikinalah kami selamatkan orang –orang yang beriman.”
Artinya apa?

Keselamatan ini bukan hanya khusus kepada Nabi Yunus ‘alaihi salam saja, tetapi juga kepada kaum  mukminin.

Allāh sebutkan lagi dalam surat yang sama tentang Zakaria:

وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ

“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.”
(QS Al-Anbiya: 89).

Nabi Zakaria berdo’a ingin mendapatkan anak, “Ya Rabbku, jangan Engkau biarkan aku sendiri.”

Maka Allāh kabulkan permintaan Nabi Zakaria ‘alaihi salam.

Saya ingin mengajak saudaraku sekalian untuk merenungkan bahwasannya do’a merupakan senjata yang pertama, bukan yang terakhir.
Bukan berarti saya mengajak untuk tidak berusaha.

Usaha terus dijalankan karena Allāh memerintahkan kita untuk berusaha.
Nabi memerintahkan untuk berusaha, tetapi do’a merupakan senjata yang pertama .

Dan jangan pernah kita meremehkan do’a. Doa sering mendatangkan keajaiban.

Disebutkan oleh para ahli tafsir seperti Ibnu Katsir rahimahullah, kenapa Nabi Zakaria setelah menikah sekian lama, setelah mencapai masa tua, baru kemudian beliau meminta agar dianugerahi seorang anak?

Jawabnya, karena Nabi Zakaria melihat keajaiban yang terjadi pada Maryam binti Imran.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۖ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۖ قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَا ۖ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۖ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allāh menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata, 'Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?' Maryam menjawab, 'Makanan itu dari sisi Allāh.' Sesungguhnya Allāh memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab."
(QS: Ali Imran Ayat: 37)

Tatkala Zakaria masuk ke kamar/mihrab Maryam, Zakaria mendapati ada rizki yang Allāh berikan kepada Maryam.

Maka Zakaria bertanya, “Wahai Maryam, dari mana engkau dapatkan rizki ini?”

Kata Maryam, “Ini semua dari sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla,” padahal Maryam tidak keluar dari rumahnya.

Seharusnya makanan tersebut diantarkan oleh Zakaria, ternyata tiba-tiba ada makanan disitu. Maka ini menakjubkan Zakaria ‘alaihi salam.

Disebutkan oleh para ahli tafsir, Allāh memberikan buah –buahan yang tidak muncul kecuali dimusim panas dan Allāh hidangkan dimusim dingin.

Dan sebaliknya, tatkala musim panas Allāh hidangkan buah-buahan yang tidak tumbuh kecuali dimusim dingin.
Dari situ lah, maka saat itu juga Zakaria berdo’a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dia melihat  ternyata Allāh bisa mendatangkan makanan atau buah-buahan yang tidak tumbuh kecuali dimusim dingin, Allāh munculkan dimusim panas dan sebaliknya.

Sehingga, walaupun dia melihat dirinya sudah tua dan istrinya dalam keadaan mandul, tidak menjadikan zakaria putus asa, diapun berdo’a kepadaAllāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sebagaimana Allāh sebutkan do’a Zakaria, kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا

"(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,"

إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا

"Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut."

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا

"Ia berkata, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku'."
(QS: Maryam Ayat: 2-5)

Ternyata Allāh kabulkan permintaan Zakaria ‘alaihi salam.

Dari  sini kita yakin, terkadang do’a melakukan berbagai macam keajaiban.

Hanyasaja do’a tersebut harus kita keluarkan dari hati yang tulus dengan penuh adab  dengan pengharapan kepada Alah Subhanahu wa Ta’ala dan yakin bahwasanya Allāh Maha Mengabulkan segala do’a.

Oleh kerenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ

“Berdo’alah kepada Allāh dalam keadaan yakin akan dikabulkan”
(Hadits Riwayat Tirmidziy, dihasankan Syaikh Al Albani)

Berdo’alah kalian  kepada Allāh dalam keadaan yakin bahwasanya Allāh akan mengabulkan do’a kalian.

Dan ketahuilah, bahwasannya Allāh tidak akan mengabulkan do’a dari hati yang lalai.

Tatkala berdoa perlu:
-  keseriusan
-  keyakianan
-  husnuzhon kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla
-  pilih waktu-waktu yang mustajab.

Pada sepertiga malam yang terakhir, tatkala Allāh turun ke langit dunia, Allāh menyatakan:

“Apakah ada diantara hamba-hambaKu yang beristighfar akan aku ampuni, apakah ada diantara hambaKu yang meminta akan aku kabulkan permohonannya.”

Barangsiapa yang bangun ditengah malam kemudian dibuka dengan shalat malam, kemudian berdo’a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan hati yang tulus dengan penuh pengharapan dengan husnuzhon kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka sulit untuk tidak dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya jangan pernah meremehkan do’a.

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:
“Janganla engkau mengejek do’a dan jangan engkau meremehkan do’a.  Engkau tidak tau apa yang dilakukan oleh do’a. Doa itu ibarat panah-panah yang dilepaskan ditengah malam, tidak akan meleset. Pasti suatu saat akan mengena, tetapi untuk mengena itu butuh waktu.”

Oleh karenanya seorang tatkala berdo’a dimalam hari, yakinlah suatu saat pasti dikabulkan oleh allah Subhanahu wa Ta’ala, cepat atau lambat.
Allāh yang lebih mengetahui apa yang terbaik bagi hamba –hamba Nya.

Marilah kitra bersama-sama berdo’a kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan penuh keyakinan dan pengharapan, niscaya Allāh akan menghilangkan segala probematika  yang kita hadapi dengan do’a yang tulus.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 _________________

Sumber: Grup WA "Bimbingan Islam"
www.bimbinganislam.com
fb.com/TausiyahBimbinganIslam

Engkau adalah Pemilik Harta, Jika...

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Seorang penyair berkata:

أنت للمال إذا أمسكته، وإذا أنفقته فالمال لك

"Sesungguhnya engkau adalah milik harta jika engkau menahan harta tersebut. Dan harta menjadi milikmu tatkala engkau menginfakkan harta tersebut." (Al-Ahnāf bin Qais)

Dan ini benar, bahwasanya jika seorang dia mencari harta yang banyak, sementara tidak dia infaqkan maka sesungguhnya dialah milik harta.

Kenapa?
Karena dia bekerja keras untuk mencari harta tersebut, dia tunduk kepada harta tersebut sementara harta tersebut bukan miliknya.

Oleh karenanya, Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda:

تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ

"Sungguh celaka penyembah dinar dan sungguh celaka penyembah dirham." (HR. Bukhāriy)

Di sana ada orang-orang yang benar-benar diperbudak oleh harta, dinar dan dirham. Waktunya habis untuk tunduk kepada dinar dan mencari harta tersebut.

Bahkan ibadahnya diatur oleh harta tersebut. Kapan hartanya mengatakan, "Tunda ibadahmu, tinggalkan ibadahmu." Maka demi harta dia akan tinggalkan dan tunda-tunda ibadahnya.

Maka benarlah sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
"Sungguh celaka penyembah dinar dan sungguh celaka penyembah dirham."

Adapun jika harta tersebut kita ingin infaqkan dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka sesungguhnya harta tersebut milik kita.

عَنْ أَبِي مَيْسَرَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهُمْ ذَبَحُوا شَاةً فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا بَقِيَ مِنْهَا قَالَتْ مَا بَقِيَ مِنْهَا إِلَّا كَتِفُهَا قَالَ بَقِيَ كُلُّهَا غَيْرَ كَتِفِهَا

Dalam suatu hadits tatkala disembelih seekor kambing kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyuruh istri-istri Nabi untuk membagikan (daging) kambing tersebut kepada orang lain. Maka setelah dibagikan (daging) kambing tersebut Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya kepada 'Aisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā: "Wahai 'Aisyah, bagian mana dari kambing tersebut yang masih tersisa?"

Maka kata 'Aisyah: "Tidak ada yang tersisa kecuali hanya bagian pundak dari kambing."

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
"Seluruh kambing tersisa kecuali pundak kami yang tidak tersisa."

(HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Tatkala 'Aisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā menjelaskan kenyataan bahwasanya daging kambing semua sudah dibagikan tidak ada yang tersisa, yang belum dibagikan hanyalah bagian pundak kambing, maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan sebaliknya; justru yang telah dibagikan seluruhnya itulah yang tersisa.

Artinya apa? Tersisa di akhirat.

Itulah harta yang benar-benar milikmu, yang akan membangun istanamu di akhirat.

Adapun yang belum dibagi, itu yang tidak tersisa, karena itu tidak jadi milikmu.

Dan ini sesuai dengan sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ

Ada 3 perkara yang mengikuti mayat tatkala mayat dikuburkan, yaitu keluarganya, hartanya dan amalannya. Maka yang 2 akan kembali yaitu keluarga dan hartanya. (HR. Bukhari no. 6514 dan Muslim no. 2960 dari shahābat Anas bin Mālik)

Tatkala seseorang dikubur maka harta dan keluarganya (istri dan anak-anak) tidak akan ikut dikubur.

Akan tetapi yang tersisa ikut dikubur bersama adalah amalnya.

Tatkala harta tidak diinfaqkan dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla atau tidak diinfaqkan sesuai yang diridhai Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka harta tersebut tidak akan menjadi amal.

Tetapi saat harta tersebut diinfaqkan dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka berubahlah status harta tersebut menjadi amalan shalih dan akan menyertai sang hamba dalam kuburnya.
Oleh karena itu, tatkala kita mencari harta, niatkanlah karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala kita mencari nafkah untuk anak istri, niatkanlah karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala kita mengumpulkan harta, niatkanlah bahwa harta tersebut akan kita gunakan sebagiannya untuk dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Karena saat kita mencari nafkah karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan mengeluarkannya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka harta tersebut akan menjadi amal shalih yang akan menemani kita di kubur dan akan membela kita tatkala di akhirat kelak.

Akan tetapi sebaliknya, jika ternyata harta tersebut tidak kita niatkan karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita gunakan hanya sekedar untuk berfoya-foya, tidak ada tujuan yang jelas, membangun rumah yang tinggi tanpa niat karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita kumpulkan harta, tanah, emas, dollar, rupiah yang banyak tapi bukan karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka sesungguhnya harta yang kita kumpulkan tersebut akan menjadi bumerang dan memperberat hisab kita di akhirat kelak.

Allāh berfirman:
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

"Sesungguhnya kalian akan benar-benar ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla atas segala nikmat yang kalian rasakan." (At-Takātsur 8)

وبالله التوفيق
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


✒ Ustadz Firanda Andirja, MA


 _________________

Sumber: Grup WA "Bimbingan Islam"
www.bimbinganislam.com
fb.com/TausiyahBimbinganIslam

Fiqh Qurban

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.وَبَعْدُ

Ikhwatal Islām a'ādzakumullāh waiyyakum,

Kita akan membahas tentang Fiqih Qurban.

■ PERTAMA
Apakah hukum daripada berqurban?

Para ulama berbeda pendapat, sebagian ulama mengatakan Qurban itu hukumnya fardhu kifayah.

Berdasarkan riwayat dari hadits bahwa para shahābat (sebagian shahābat) ada yang sengaja tidak berqurban dan mereka mengatakan bahwa agar tidak disangka sebagai sesuatu yang wajib.

Mereka juga berdalil dengan hadits Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُ كُمْأَ نْيُضَحِّىَ

“Apabila telah masuk 10 Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin untuk ber-udhiyah maka janganlah dia memotong rambut dan kukunya.”
(HR. Muslim, dari shahābiyyah Ummu Salamah)

Dan mereka katakan “ingin” di sini menunjukkan hukumnya tidak wajib.

Sebagian ulama mengatakan hukumnya wajib. Dan mereka berdalil dengan ayat, Allāh berfirman:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Shalatlah dan sembelihlah.”
(QS. Al-Kautsar 2 )

Juga Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

"Siapa yang punya keluasan rizki tapi dia tidak ber-udhiyah jangan dia mendekati tempat shalat kami."

Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh. Dan sebagian ulama juga mendha'īfkan hadits ini, terjadi perselisihan apakah hadits ini shahīh atau dha'īf.

Ikhwatal Islām a'ādzakumullāh waiyyakum,

Syaikhul Islām merajihkan bahwa ber-udhiyah itu hukumnya wajib.
Kenapa?

Kata beliau karena ini adalah merupakan syi'ar Islam yang paling besar.
Di antara syi'ar Islam yang besar itu ber-udhiyah maka tidak mungkin ini hukumnya sebatas sunnah.

Wallāhu ’alam.

Dalam hal ini saya lebih condong kepada pendapat Syaikhul Islām Ibnu Taimiyah rahimahullāh.

Kemudian, ikhwatal Islām a'ādzakumullāh wa iyyakum,

Tentunya orang yang wajib disebut wajib apabila mampu. Apabila dia tidak mempunyai kemampuan maka tidak diwajibkan baginya untuk ber-udhiyah.

Pembahasan berikutnya tentang,

■ KEDUA
Apa yang harus diperhatikan bagi orang yang ber-udhiyah?

⑴ Hewan udhiyah itu harus “bahimatul an’ām”.

Sebagaimana yang disebutkan Allāh dalam surat Al Hajj (ayat 34)

Apa itu “bahimatul an’ām” ? Yaitu sapi, unta dan kambing.

Maka bolehkah dengan selain  “bahimatul an’ām”?

Pendapat jumhūr mengatakan tidak boleh karena Allāh yang menyebutkan dalam Al-Qurān “bahimatul an’ām” saja.

⑵ Umur binatang tersebut harus sudah mencukupi yaitu “musinnah”.

Sebagaimana kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

لا تَذْبَحُوا إِلا مُسِنَّةً إِلا أَنْ يَعْسُرَ عَلَيْكُمْ فَتَذْبَحُوا جَذَعَةً

“Jangan kalian menyembelih kecuali musinnah kecuali kalau memang kalian tidak mendapatkan musinnah, silahkan kalian menyembelih jadza’ah.”
(HR. Muslim No. 1963, dari shahābat Jābir radhiyallāhu 'anhu)

Dan jadza’ah itu kalau untuk kambing sekitar umur 6 bulan.

Tapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan: "Jangan menyembelih kecuali musinnah", kalau kambing usia yang “musinnah” itu 1 tahun.

Berarti kalau selama masih ada yang di atas 1 tahun, kita utamakan yang di atas 1 tahun, kecuali kalau memang tidak ada dan adanya “jadza’ah” (yaitu umur 6 bulan), maka silahkan.

Ikhwatal Islām a'ādzakumullāhu wa iyyakum,

Hadits ini menunjukkan bahwa berarti ada batasan umur yang harus diperhatikan.

Kemudian yang ke-3 yang harus diperhatikan,

⑶ Binatang-binatang tersebut tidak boleh terdapat padanya aib-aib yang menjadikan tidak sah.

Sebagaimana dalam suatu riwayat yang shahih, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda,

Ada 4 binatang yang tidak mencukupi untuk dijadikan hewan qurban.

Apa itu?

• ⑴ Yang matanya pecak, yang terlihat sekali (tampak) penyakit pecak pada sebelah matanya.

Adapun kata Syaikh Ustaimin: "Kalau tidak tampak itu boleh".

• ⑵ Yang sakit, yang tampak sekali sakitnya.

Ini menunjukkan bahwa disyaratkan padanya sakitnya tampak, adapun kalau tidak tampak maka sah.

• ⑶ Yang pincang yang tampak sekali kepincangannya sehingga dia tidak bisa jalan.

• ⑷ Yang sangat kurus (al-hazīl)

Maka yang seperti ini pun tidak mencukupi.

Oleh karena itulah, ini harus kita perhatikan.

Dan bagaimana ternyata tanduknya patah?

Maka ini pun mencukupi in syā Allāh karena tidak termasuk di dalam 4 cacat tersebut.

Ikhwatal Islām a'ādzakumullāh wa iyyakum,

Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah,

⑷ Binatang tersebut milik kita bukan milik orang lain.

Karena tidak boleh kita menyembelih binatang milik orang lain.

Kemudian,

⑸ Waktunya juga harus sesuai dengan waktu yang disyariatkan.
Sebab apabila waktunya tidak sesuai dengan yang disyariatkan maka tidak sah.

Para ulama menyebutkan waktunya yaitu setelah dilaksanakan shalat 'Īdul Adha. Adapun sebelum itu maka itu adalah daging shadaqah, bukan daging udhiyah.

Maka dari itu setelah shalat 'Īdul Adha baru kita menyembelih.

Berakhir kapan ?

Di sini terjadi perselisihan para ulama, sebagian ulama mengatakan sampai akhir bulan Dzulhijjah.

Namun jumhur mengatakan sampai tanggal 13 daripada hari Tasyrik. Dan itu yang paling kuat in syā Allāh Ta'āla.

Karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

“Hari-hari tasyrik adalah hari-hari untuk makan dan minum.”
(HR. Muslim no. 1141 dari shahābat Nubaisyah Al-Hudzali)

Inilah yang perkara-perkara yang hendaknya kita perhatikan di dalam masalah fiqih atau udhiyah kita.

Dan ingat yā Akhī,

Kita berusaha untuk mempersembahkan kepada Allāh yang terbaik.

Jangan kita kemudian menyembelih hewan yang jelek. Kalau kita semakin mampu untuk yang lebih baik maka itu lebih baik.

Siapa mampu untuk unta, silahkan...
Atau misalnya ada orang yang berurunan 1 unta untuk 7 orang, silahkan..
1 sapi untuk 7 orang, silahkan...

Karena Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan bahwa itu semua mencukupi, yā Akhī a'ādzakumullāh wa iyyakum.

Semoga pembahasan tentang Fiqih Qurban yang singkat ini bermanfaat dan bisa kita pahami supaya ibadah Qurban kita betul-betul sesuai dengan syari'at Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق
سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


✒ Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc

 _________________

Sumber: Grup WA "Bimbingan Islam"
www.bimbinganislam.com
fb.com/TausiyahBimbinganIslam

Jadilah Da'i Dengan Harta Anda...

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda dalam haditsnya:

لا حَسَدَ إِلا فِي اثْنَيْنِ. رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي حَقٍّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

Tidak ada hasad kecuali pada 2 orang:
① Seseorang yang Allah berikan harta kemudian dia salurkan harta tersebut untuk perkara-perkara yang benar
② Seseorang yang Allah berikan kepada dia hikmah (ilmu) maka dia berhukum dengan ilmu tersebut dan dia mengajarkan ilmu tersebut.
(Muttafaqun'alah)

Inilah 2 orang yang berhak kita cemburui.

Ada apa gerangan dengan orang tersebut?
Dua orang ini kalau kita perhatikan adalah 2 komponen penting dalam dakwah.

Dakwah membutuhkan 2 model manusia, yaitu:
❶ manusia yang berilmu yang kemudian menyampaikan dakwahnya
❷ manusia yang memiliki harta sebagai donasi untuk menyokong harta tersebut.

Oleh karenanya lihatlah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diawal dakwahnya, Allah mentakdirkan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menikah dengan seorang wanita yang kaya raya.

Dialah Khadijah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā yang dengan harta Khadijah tersebut digunakan seluruhnya untuk menyokong dakwah suaminya Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan juga dengan takdir Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Allāh menjadikan orang dewasa yang pertama kali masuk Islam adalah Abu Bakr radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, diapun seorang yang kaya raya.

Oleh karenanya harta Abu Bakr sangat bermanfaat dizaman Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
"Tidak ada manfaat yang diberikan sebagaimana manfaatnya harta Abu Bakr radhiyallāhu Ta'āla 'anhu."

Abu Bakr, dialah yang telah membebaskan budak-budak yang masuk Islam ketika mereka disiksa, seperti Bilal bin Rabah ketika disiksa oleh Umayyah bin Khallaf.

Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika itu tidak mampu membebaskan Bilal, yang mampu membebaskan Bilal tatkala itu adalah Abu Bakr radhiyallāhu Ta'āla 'anhu.

Dengan hartanya dia infaqkan untuk membebaskan Bilal dari perbudakan yang dia rasakan.

Sampai-sampai ayah dari Abu Bakr mengatakan:
"Wahai Abu Bakr, kalau engkau hendak membebaskan budak maka pilihlah budak-budak yang kuat, jangan ku bebaskan budak-budak yang lemah."

Tapi kata Abu Bakr :
"Aku ingin mengharap wajah Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Karenanya, donasi dalam berdakwah adalah perkara yang sangat penting. Dengan adanya 2 komponen ini maka berjalanlah dakwah.

Bahkan terkadang seorang da'i cemburu kepada harta karena yang bersusah payah untuk menyampaikan ilmu, yang berhadapan langsung dengan masyarakat, yang terkadang dicerca dan dicela.

Sementara pemilik harta, terkadang dia hanya duduk dirumahnya.
Dia hanya menyalurkan hartanya sebagai donasi untuk dakwah.

Tatkala ternyata ada orang-orang yang berhasil didakwahi oleh sang da'i maka pahalanya mengalir kepada sang da'i dan juga mengalir kepada pemilik harta tersebut yang telah memberi donasi dalam dakwah.

Padahal yang bersusah payah adalah sang da'i, yang berjalan jauh, yang berhadapan dengan masyarakat, dicerca, dimaki, dikatakan bodoh, dituduh dengan tuduhan yang tidak-tidak adalah sang da'i, bukan pemilik harta.

Tapi pahalanya mengalir kepada sang da'i dan juga mengalir kepada pemilik harta yang dia mungkin, tatkala sang da'i sedang bersusah payah, dia (pemilik harta) sedang duduk dan bercanda dengan anak & istrinya namun pahala terus mengalir.

Oleh karenanya, anda yang diberikan kelebihan harta oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, jadilah anda seorang da'i.

Bukan dengan ilmu, tapi dengan harta. Anda jug bisa berperan sebagai seorang da'i.

Jangan meremehkan diri anda,ingat tadi Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyamakan antara 2 orang ini (tidak ada hasad kecuali pada 2 orang ini, yang berilmu dan berharta).

Jika keduanya dimanfaatkan untuk dakwah maka ini 2 orang yang sangat mulia disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan jangan khawatir, harta anda akan diganti oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dalam hadits disebutkan:
أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْك.

"Wahai Bani Ādam, berinfaqlah, Allāh akan ganti infaqmu hartamu."

Ini hadits umum berkaitan dengan infaq dalam segala perkara.

Barangsiapa berinfaq maka akan diganti oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Bagaimana lagi dengan berinfaq dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, disuatu amalan yang sangat dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang Allāh berfirman:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33)

"Dan perkataan siapa yang lebih indah daripada menyeru dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dan perkataan siapa yang lebih baik daripada orang yang berdakwah dijalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
(Fushilat 33)

Infaq yang anda keluarkan pada tempatnya (dakwah), menyeru manusia untuk mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mengingat akhirat, mengingatkan bahwa dunia ini hanya sementara.

Ini adalah perkataan yang sangat indah.
Maka, kami para da'i membutuhkan partisipasi saudara-saudara kami sekalian yang diberikan kelebihan harta oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jadilah anda seorang da'i dengan harta yang diberikan Allāh kepada anda, niscaya anda diberkahi dan dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dunia dan akhirat.

Dan ingatlah betapa banyak pahala yang akan mengalir kepada anda karena sebab harta anda tersebut.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


✒ Ustadz Firanda Andirja, MA

 _________________

Sumber: Grup WA "Bimbingan Islam"
www.bimbinganislam.com



Biografi Imām Syāfi'ī dan Imām Abū Syujā'

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله و بعد.

Para ikhwah sekalian, para sahabat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, pada halaqah yang ke-3 ini kita akan mengenal secara ringkas tentang Imām Asy-
Syāfi'ī dan Imām Abū Syujā'.

• IMĀM ASY-SYĀFI'Ī •

Beliau bernama Muhammad bin Idrīs bin Al-'Abbās bin 'Utsmān bin Asy-Syāfi'ī yang dikenal sebagai Imām Asy-Syāfi'ī. Beliau lahir pada tahun 150 H. Pada tahun tersebut, meninggal Imam Abu Hanifah. Oleh karena itu, orang-orang pun mengatakan:

مات الإمام و ولد الإمام

"Meninggal seorang imam digantikan kelahiran seorang imam yang lainnya."

Beliau adalah seorang imam yang masyhūr dari kalangan kaum muslimin dan memiliki pendapat atau madzhab yang tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Imām Asy-Syāfi'ī lahir di Ghazza Palestina dalam keadaan yatim. Perhatian yang besar sang ibu kepada Imām Asy-Syāfi'ī akan pendidikan Imām Asy-Syāfi'ī menyebabkan Ibu Imām Asy-Syāfi'ī  memutuskan untuk berpindah ke kota Mekkah, yang mana pada saat itu kota Mekkah dipenuhi oleh para ulama di berbagai cabang ilmu.

Imām Asy-Syāfi'ī mulai menuntut ilmu dengan menghafal AlQur'an. Beliau hafal Al-Qurān pada saat umur beliau mencapai 7 tahun. Dan terus menuntut ilmu sehingga dapat menghafalkan Kitab Muwaththa' Imām Mālik pada umur beliau mencapai 10 tahun. Dan terus menuntut ilmu sampai beliau diperbolehkan untuk berfatwa dikatakan pada saat umur 15 tahun (Dikatakan pada riwayat yang lain pada saat umur 18 tahun).

Dan beliau pun terus menuntut ilmu baik kepada Imam Mālik, maupun kepada ulama yang lainnya sehingga menguasai berbagai cabang ilmu di dalam agama.

Imām Asy-Syāfi'ī rahimahullāh beliau dikenal sebagai ulama yang tawādhu' yang sangat dermawan. Dan keluasan ilmu beliau, kecerdasan otak beliau menjadikan pendapat-pendapat beliau sebagai rujukan bagi kalangan ulama yang lainnya.

Imām Asy-Syāfi'ī, beliau memiliki karya yang sangat banyak. Diantara yang terkenal Al-'Umm dan Ar-Risālah.

Dan Imām Asy-Syāfi'ī  beliau wafat pada tahun 204 H, dengan meninggalkan manfaat yang besar bagi kaum muslimin, rahimahullāhu rahmatan wāsi'ah.

• IMĀM ABŪ SYUJĀ' •

Beliau adalah Ahmad bin Al-Husain bin Ahmad Al-Asfahāniy, salah seorang ulama Asy-Syafi'iyyah yang terkenal. Dan beliau dikenal dengan panggilan Al-Qādhi Abū Syujā' (Al-Qādhi yaitu hakim)

Beliau belajar fiqih Asy-Syāfi'ī lebih dari 40 tahun di kota Bashrah. Dan Abū Syujā' lahir pada tahun 434 H, dikatakan tahun 533 H. Dan dikenal sebagai seorang ulama yang sangat dermawan, yang ahli ibadah, yang wara', yang shāluh, yang memiliki ilmu yang luas dan sangat ta'at di dalam melaksanakan agama.

Imām Abū Syujā' diriwayatkan bahwasanya beliau memiliki umur yang sangat panjang, yaitu mencapai 160 tahun dan dengan kondisi yang sehat wal 'āfiyat.

Tatkala beliau ditanya tentang rahasianya maka beliau mengatakan:

ما عصيت الله بعضو منها في الصغر، فحفظها الله في الكبر

"Saya tidak pernah di waktu muda saya bermaksiat dengan Allāh walaupun dengan 1 anggota tubuh saya. Maka (alhamdulillāh) Allāh menjaganya di masa tua saya."

Beliau menulis matan Abū Syujā' karena permintaan orang-orang agar beliau meringkas (membuat ringkasan) tentang madzhab Syāfi'ī yang mudah dipelajari dan mudah untuk dihafalkan. Dan matan Abū Syujā' ini terus dipelajari sampai saat ini menunjukkan matan tersebut memiliki kelebihan.

Dan kita berharap keikhlashan dari sang penulis sehingga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan dia kekal, menjadikan dia terus dipelajari oleh kaum muslimin.

Imām Abū Syujā' menjabat sebagai seorang qādhi (hakim). Namun di akhir hayatnya beliau sengaja berpindah ke Madinah dalam rangka untuk membaktikan diri melayani masjid Nabawi dengan membersihkannya, kemudian menggelar tikar dan melayani para jamā'ah sampai akhir hayat beliau.

Demikianlah tentang kedua Imam ini secara ringkas rahimahumullāh rahmatan wāsi'ah.

Dan kita cukupkan halaqah yang ke-3.

وَصَلَّى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ والسلّم
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


✒ Ustadz Fauzan ST, MA

 _________________

Sumber: Grup WA "Bimbingan Islam"
www.bimbinganislam.com