Blogger Widgets
..:: Galau?! Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang ::..
Tampilkan postingan dengan label Muhasabah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Muhasabah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Juli 2019

Al-Imtihan Al-Akhir fi Ma'had Umar bin Khattab Surabaya


Alhamdulillah bini'matihi tatimmu ash-shalihat..

Sangat senang hari ini. Tadi adalah hari terakhir ujian di Ma'had Umar untuk Program D2 Bahasa Arab. Atas izin Allah setelah 2,5 tahun belajar, alhamdulillah banyak ilmu baru yang didapatkan, khususnya tentang ilmu Nahwu dan Sharaf.

Kedua ilmu ini adalah ilmu yang paling mendasar ketika seseorang ingin memahami atau mencicipi keindahan bahasa Arab. Namun keduanya harus ditunjang dengan perbendaharaan mufradat (kosakata).

Ilmu Nahwu-Sharaf atau grammar-nya bahasa Arab merupakan pola-pola umum. Akan lemah penguasaan bahasa bagi seseorang jika mengetahui pola tapi kurang dalam perbendaharaan mufradat (vocabulary).

Guru hanya memberikan kita kunci dan tidak memberikan kita seluruh ilmu. Kita harus menggunakan kunci itu, yakni pengetahuan dasar yang sudah ada, untuk membuka pintu gudang-gudang ilmu yang lebih besar. Jika kita tinggal diam maka tidak ada manfaatnya kunci tersebut.

Tugas seseorang setelah mengetahui kaidah Nahwu-Sharaf adalah belajar dan terus belajar, dengan membaca dan mendengar, sering membuka mu'jam, sehingga dengan itu pengetahuannya bertambah dan pastinya mau tidak mau mufradat-nya juga bertambah.

Sesungguhnya tujuan kita mempelajari bahasa Arab adalah untuk mempelajari agama kita, karena sumber-sumber agama kita seluruhnya berbahasa Arab. Maka hendaknya setiap muslim untuk berusaha mempelajarinya. 

Semoga bermanfaat dan menambah motivasi...

Sebuah doa sekaligus nasihat berharga dari seorang teman

Para teman sekelas di hari terakhir
____

Wiyung - Surabaya, 24 Dzulqa'dah 1440 H/26 Juli 2019
~WA

Selasa, 13 November 2018

About Bid'ah

Kaidah yg sangat bagus dalam masalah ibadah yang tidak ada contoh dan rekomendasinya dari Nabi adalah seperti yg disebutkan oleh banyak ulama ahlussunnah, diantaranya Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya:

لَوْ كانَ خَيْرًا لـَسَبَقُوْنا إِلَيْهِ

"Seandainya amalan itu baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita dalam melakukannya"

Jadi kalau ketemu ibadah baru, kita bingung apakah ikut mengerjakan atau tidak, pakai kaidah di atas...

Apakah sahabat nabi melakukannya atau tidak..? Seandainya amalan itu baik pasti sahabat nabi dulu yang pertama kali akan melakukannya.

Karena mereka orang-orang yang tidak diragukan lagi semangatnya dalam mencari kebaikan. Dan tidak ada satupun kebaikan yg mampu mereka lakukan, kecuali pasti akan mereka lakukan...

Hanya Allah yang memberi taufik, mudah-mudahan bermanfaat.
_____

Surabaya, 5 Rabiul Awal 1440
~WA

Sabtu, 23 Juni 2018

Mungkin Kita Terlalu Bergantung pada Diri Kita

Terkadang dalam banyak perkara, kita melupakan keterlibatan Allah. Seakan-akan kita bisa mengatasinya dengan pikiran, tenaga, atau kekuatan kita sendiri. Kita lupa bahwa yang menentukan semuanya, berhasil atau tidaknya, adalah Allah. Kita sering lupa...

Padahal, tidak ada pikiran, tenaga, atau kekuatan melainkan semuanya dari Allah. Jangan pernah merasa usaha kita akan berhasil hanya dengan pikiran dan tenaga kita sendiri. Urusan kita walau hanya beberapa detik, walau hanya setengah detik, tidak akan bisa berhasil kecuali atas pertolongan Allah. Maka bertawakkallah kepada-Nya, gantungkan semua urusan kita kepada-Nya. Karena sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengatur, sebagaimana nama-Nya "Al-Mudabbir".

Begitu pula kita diajarkan oleh nabi kita  dengan doa:

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

"Wahai Dzat Yang Mahahidup, Wahai Dzat Yang Berdiri sendiri, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku, dan jangan serahkan urusanku kepadaku walau hanya sekejap mata." [HR. Nasa'i & Hakim, dinilai hasan oleh Al-Albani]

Perhatikanlah doa indah ini! Meskipun hanya sekejap mata, kita tidak diperkenankan mengandalkan kekuatan kita sendiri kecuali bertawakkal pada Allah. Maka jangan lupa untuk untuk terus berdoa. Tetaplah memohon kepada-Nya, karena tidak ada kerugian bagi peminta-minta saat ia meminta-minta pada Dzat Yang Mahakuasa dan Mahakaya. Ya Rabb, selamatkan kami di dunia dan di akhirat...

_-_-_-_-_

@ Bandara Sultan Hasanuddin, transit Makassar dari Kendari
Sabtu, 9 Syawal 1439 H
~WA

Kamis, 03 Mei 2018

Sejatinya Hanya Pindah Ujian


Saat kita terlahir ke dunia dan pertama kali membuka kelopak mata kita, saat itulah kita melihat tempat ujian kita. Lalu kita beranjak aqil baligh, saat itu lah kita mulai "menulis" di atas "lembar jawaban" ujian kita.

Sejatinya hidup kita ini adalah ujian. Dan kita setiap waktu hanya berpindah dari satu ujian ke ujian yang lain. Maka fokuslah terhadap ujian yang kita hadapi. Ujian yang berada di depan kita.

Ada orang yang diberi harta yang banyak maka di situ lah ujiannya.
Ada orang yang serba kekurangan maka di situ lah ujiannya.
Ada orang yang berpangkat tinggi maka di situ lah ujiannya.
Ada orang yang tidak berpangkat sama sekali maka di situ lah ujiannya.
Ada orang yang memiliki kecerdikan maka di situ lah ujiannya.
Ada orang yang sedikit bodoh maka di situ lah ujiannya.
Ada orang yang menjalani hidup dengan kesendirian maka di situ lah ujiannya.
Ada orang yang sudah menikah bertahun-tahun maka di situ lah ujiannya.
Ada orang yang sibuk setiap harinya maka di situ lah ujiannya.
Ada orang yang punya banyak waktu luang maka di situ lah ujiannya.
Semuanya sebatas ujian...

Maka bersabarlah sebentar saja. Sampai kertas ujian kita ditarik kembali. Tidak perlu terlalu sibuk mengurusi ujian orang lain, karena bisa jadi waktu sudah habis sementara kita belum selesai mengerjakan ujian.

Buatlah jawaban dengan sebaik-baiknya sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Pahami petunjuk tersebut dengan baik. Dan tidak perlu melilit diri dalam aturan di luar petunjuk.

Teruslah memperbaiki diri, teruslah belajar, teruslah membawa manfaat terhadap sesama. Teruslah berbuat baik. Hingga hasil terbaik yang kita tuai setelah kelopak mata kita menutup kembali.

Sebatas muhasabah ringan... Huuhhff..
_____

@Bandara Juanda, menunggu keluarga
Kamis sore, 17 Sya'ban 1439 H/3 Mei 2018
~WA

Senin, 29 Januari 2018

Aduhai Ajaibnya Urusanmu

Kala tadi mengambil wudhu terlintas dalam benak ini kata-kata motivasi favorit waktu semester 4 dulu dari sang motivator terbaik, shallallahu 'alaihi wasallam. Sembari bersiap tidur izinkan yang singkat ini menjadi penghibur di sela-sela kedua tanganmu. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda dalam hadits shahih yang artinya:

"Sungguh ajaibnya (menakjubkan) urusan seorang mukmin, setiap urusannya adalah kebaikan baginya. Dan ini tidak didapatkan pada yang lain kecuali pada seorang mukmin. Jika dia mendapat kesenangan, dia bersyukur, maka demikian adalah kebaikan baginya. Jika dia mendapat kesusahan, dia bersabar, maka demikian adalah kebaikan baginya. (HR. Muslim/2999) 

Kembali terkagum-kagum dengan ini. Masyaallah, mau apa coba selain dua kondisi tersebut?  Kondisi apapun, bagi orang mukmin, selalu ada peluang kebaikan untuknya. Syukur dan sabar adalah menjadi senjatanya. Syukur tatkala mendapat nikmat, sabar ketika DILAN da musibah. Dan hanya orang mukmin yang mendapatkan keuntungan ini. 

Baiklah kawan, kita saling mendoakan semoga Allah terus memberi hidayah iman kepada kita, keluarga, sahabat-sahabat, serta seluruh kaum muslimin, dan mewafatkan kita di atas keimanan.

يا مقلب القلوب ثبت قلوبنا على دينك

°°°
Surabaya, 13 Jumadil Awal 1439 H
~WA

Rabu, 27 Desember 2017

Menjadi Hujjah atau Bumerang

Tujuan dari menuntut ilmu adalah untuk diamalkan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda (riwayat Muslim -red):

القران حجة لك او عليك

"Al-Qur'an akan menjadi hujjah (yang akan membela) engkau atau akan menjadi bumerang yang akan menyerangmu."

Seperti pernah ditegaskan oleh Syaikh 'Utsaimin bahwa ilmu hanya akan memberi dua pilihan dan tidak ada pilihan atau kemungkinan yang ketiga, yaitu hanya menjadi pembela bagi pemiliknya atau akan menyerangnya pada hari kiamat jika tidak diamalkan. Oleh karena itu, hendaknya seseorang tidak menuntut ilmu hanya untuk menambah wawasannya, tetapi hendaknya dengan niat untuk diamalkan agar tidak menjadi bumerang yang akan menyerangnya pada hari kiamat kelak.

Pernah ada seseorang yang bertanya-tanya (masalah agama) kepada Abu Ad-Darda', maka Abu Ad-Darda' berkata kepadanya: "Apakah semua masalah agama yang kau tanyakan kau amalkan?" Orang itu menjawab: "Tidak", Abu Ad-Darda' pun menimpalinya: "Apa yang engkau lakukan dengan menambah hujjah yang akan menjadi bumerang bagimu?" Oleh karena itu, sungguh indah kesimpulan yang disampaikan oleh Asy-Syathibi dalam perkataannya: "Dan dalil akan hal ini (bahwasanya ilmu hanyalah wasilah untuk amal dan bukan tujuan) terlalu banyak, dan semuanya memperkuat bahwa ilmu merupakan sebuah wasilah (sarana) dan bukan tujuan langsung jika ditinjau dari kacamata syari'at. Akan tetapi, ilmu hanyalah merupakan wasilah untuk beramal. Oleh karena itu, semua dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu hanyalah berlaku bagi ilmu yang disertai dengan amalan. Kesimpulannya, seluruh ilmu syar'i tidaklah dituntut (dalam syari'at), kecuali dari sisi sebagai sarana untuk mencapai sesuatu yaitu amal."

[Disalin dari buku Dari Madinah ke Radio Rodja karangan Ustadz Dr. Firanda Andirja hlm. 32 dan 42-43]

Gunungkidul, 9 Rabi' Ats-Tsani 1439 H/27 Desember 2017
~WA

Senin, 11 Desember 2017

Anak Hari Ini..

Hujan sepertinya telah berhenti dan menyisakan tetesan gerimis dan danau kecil di pinggir jalan. Sebab hujan rahmat Allah, tidak boleh dicela hingga apapun yang terjadi setelahnya. Cukuplah memohon manfaat darinya dengan doa yang diajarkan Allahumma shayyiban nafi'an

Berteduh dan istirahat di rumah-Nya merupakan alternatif jitu bagi penjaga lilin kehidupan, agar apinya tetap menyala. Menghabiskan waktu di tempat yang mulia,  di tempat manusia berkumpul untuk mengabdi pada Rabbnya. Indah. 

Di sisa rintik-rintik hujan ini, ada pepatah yang rasanya ingin ku utarakan. Sebuah pepatah Arab yang saya agak lupa, kecuali artinya: 
"..Yang lalu biarlah berlalu, aku adalah anak hari ini.."

Aku adalah anak hari ini. Aku hidup di masa ini. Bukan di masa kemarin, minggu lalu, bulan lalu, atau tahun lalu. Pepatah yang coba ku resapi maknanya. Tiada gunanya menyesali masa lampau, sebab ia telah menjauh. Dan tidak akan pernah ia akan menoleh dan berpikir untuk kembali. Lantas apa hajatku untuk selalu memikirkan sesuatu yang ia tidak akan pernah kembali? Selain mencoba berpikir keras untuk mencari apa hikmah dibaliknya. Sehingga aku akan bersyukur mengenai hal itu. 

Alhamdulillah bi ni'matihi tatimmush shalihat.. Maksimalkan hari ini hai anak hari ini! Engkau bukan anak kemarin lagi, apalagi kemarin sore. Belum tentu pula kau menjadi "anak esok".

Sekedar pengingat diri.
Masjid Salahuddin - Puri Surya Jaya 
Sidoarjo, 24 Rabi'ul Awwal 1439 H/11 Desember 2017
~Anak Hari Ini

Sabtu, 23 September 2017

Me-menej Prasangka

Belajar husnuzhan harus setiap saat, hingga sampai pada titik dimana kita akan berpikir semua akan menjadi baik, insyaallah semua kan baik-baik saja. Namun kenyataannya sangat sulit. Mengapa husnuzhan itu sulit? Pertanyaan ini sama jika kita menanyakan kepada orang-orang di luar sana, "Mengapa memanjat pohon kelapa itu sulit?" atau "Mengapa menyelesaikan rubik 4x4 itu sulit?". (Saya sendiri ga tau juga bro *senyum*)

Tapi, tidak semua orang akan mengatakan bahwa manjat pohon kelapa itu sulit atau menyelesaikan rubik itu sulit. Ada orang-orang yang mengatakan bahwa hal itu justru mudah bahkan sangat mudah. Kira-kira kenapa ada yang merasa sangat mudah dalam hal tersebut? Right, karena mereka sudah terbiasa. Tentu dengan latihan atau dengan pembiasaan. "Ala bisa karena biasa" kata pepatah.

Pembiasaan dan latihan menjadikan seseorang akan berbeda dengan yang lain. Berprasangka baik juga perlu pembiasaan dan latihan. Sebab akan sulit jika tiba-tiba secara mendadak kita dituntut untuk berprasangka baik. Pasti pikiran aneh-aneh yang selalu muncul. So, membiasakan diri untuk berprasangka baik ini menjadi penting dan perlu untuk terus dilatih.

Kalau gitu bagaimana membiasakan atau melatihnya? 

Izinkan saya meminjam rumus Gerbang Logika AND (AND Gate) yang sedikit saya pelajari di matkul Eldas dulu. Perlu kita sepakati bahwa:
"Berprasangka buruk" nilainya = 0 dan "berprasangka baik" nilainya = 1.
Lalu "yang terjadi kemudian buruk" nilainya = 0 dan "yang terjadi kemudian baik" nilainya = 1.

"Lalu bagaimana bro?"
Oke sabar.. Husnuzhan husnuzhaan.. :)
Aturan mainnya begini bro, kita tidak terlepas dari 4 kondisi berikut:
  1. Kita berprasangka buruk terhadap sesuatu (nilainya 0) dan kejadiannya yang terjadi kemudian adalah kejadian buruk (0) maka yang kita dapatkan adalah 0 + 0 = 0
  2. Kita berprasangka buruk terhadap sesuatu (0) dan kejadiannya yang terjadi kemudian adalah kejadian baik (1) maka yang kita dapatkan adalah 0 + 1 = 1
  3. Kita berprasangka baik terhadap sesuatu (1) dan kejadiannya yang terjadi kemudian adalah kejadian buruk (0) maka yang kita dapatkan adalah 1 + 0 = 1
  4. Kita berprasangka baik terhadap sesuatu (1) dan kejadiannya yang terjadi kemudian adalah kejadian baik (1) maka yang kita dapatkan adalah 1 + 1 = 2 (Lampunya Menyala -red)
Dari aturan main di atas, jikalau kita ber-su'uzhan peluangnya hanya ada dua entah kita mendapatkan 0 atau kalau "bedjo" kita mendapatkan 1. Sedangkan jika kita ber-husnuzhan maka minimal kita sudah mendapatkan 1 dan berpeluang mendapatkan 2. Kira-kira sudah untung ga jika kita husnuzhan? Jelas sudah untung.

Lalu bro, masih mau memilih su'uzhan??

Terlebih lagi jika prasangka kita tertuju pada sesama muslim. Lebih baik berprasangka baik tapi salah daripada berprasangka buruk tapi benar. Jika pun kita berprasangka baik namun ternyata kenyataannya keliru maka insyaallah kita sudah mendapatkan pahala, karena kita sudah menjalankan perintah Allah yakni ber-husnuzhan terlebih dahulu. Berbeda halnya jika kita berprasangka buruk, jika kenyataannya sesuai dengan apa yang kita sangkakan maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Tapi kalau persangkaan buruk kita salah, malah kita mendapat dosa.

Nah bro, sekarang sudah bisa kan mendahulukan husnuzhan terhadap saudaramu??
Alhamdulillah...

***
Matahari yang besar dan panas itu ternyata bisa engkau raih dan letakkan
di antara kedua tanganmu. So stay positive thinking!
Syukran, semoga bermanfaat...
_____
Surabaya, 3 Muharram 1439 H/23 September 2017 M 
-Wawan Ahmad-

(Di atas adalah untuk kondisi secara umum. Namun, ada kondisi dimana kita dibolehkan bahkan diharuskan untuk berprasangka buruk, seperti apa itu? Teman-teman wajib tahu. Teman-teman bisa buka di https://muslim.or.id/25800-prasangka-buruk-yang-dibolehkan.html. Barakallahu fikum.)

Kamis, 29 Juni 2017

Bertambah Besar dan Tua

Bertemu dengan teman, sanak saudara dan famili di momen lebaran adalah momen-momen yang membuat hati senang. Terlebih lagi jika lama tidak berjumpa sebelumnya.. hehe.
Dan di momen-momen tersebut, tidak heran jika sering muncul ungkapan-ungkapan ke-terkejut-an. 

"Wii, besarmi ko"
"Gemukmi"
"Kenapako tambah kurus?"
"Cepatnyami mau tamat"
"Tambah tinggimi ko di"
"Kau tinggi sekalimi"
"Semester berapami ko?"
"Kapan selesai?"
"Kapan wisuda pale?"
dll... 
Yaa, dan pertanyaan lucu lainnya yang sejenis.. 

Nah.. Perubahan akan selalu tampak signifikan bila kita tidak melihat prosesnya. Sebagian besar orang selalu tidak melihat bagaimana proses yang terjadi, melainkan hasil apa yang didapatkan.. Kita akan terheran jika melihat orang yang rambutnya sebagian besar sudah putih atau sudah putih semua padahal dulunya masih hitam. Iya tidak? Sebab kita tidak melihat prosesnya, tiap hari memutih sehelai demi sehelai hingga akhirnya memutih semua. Makanya terkadang ada ungkapan orang-orang "Jangan pernah melihat sesuatu dari hasilnya. Lihatlah prosesnya." 

Kalau melihat famili yang sudah beruban seperti ada perasaan lain-lain. Ingat mati. Dulunya masih segar muda, namun sekarang sudah nampak tua. Tapi, inilah proses kehidupan. Kita pun juga nanti akan merasakannya. Nampak kehidupan ini berlalu begitu cepatnya. Dan semua pada akhirnya hanya tinggal sejarah. Maka tidak penting usia yang semakin bertambah, yang lebih penting apakah amal dan bekal kita sudah bertambah? Tidak penting waktu yang sudah terlewatkan, yang lebih penting apakah waktu yang masih ada bisa kita manfaatkan? Dan tidak penting hanya menyaksikan mereka bertambah usianya, yang lebih penting apakah sosok-sosok mereka sudah berada dalam untaian doa-doa kita?

Semoga Allah memberikan kita dan sanak famili kita semuanya akhir kehidupan yang baik, khusnul khatimah. Dan yang sudah meninggal diampuni oleh Allah dan dilapangkan kuburnya. Aamiin.
_______

Kamis sore yang berawan...
Mrs, 5 Syawal 1438 H/29 Juni 2017

Selasa, 02 Mei 2017

RESOLUSI RAMADHAN

Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nyalah segala kebaikan menjadi sempurna.. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan atas Rasulullah, keluarganya, dan sahabat-sahabatnya semua..

Alhamdulillah... Ramadhan yang kita nanti-nantikan kurang beberapa hari lagi, artinya kita segera memasuki masa-masa yang penuh rahmat, keberkahan, dan pengampunan. Bulan Ramadhan ibarat menjadi tempat mencuci diri kita sehingga nanti setelah berlalunya, kita dapat menjadi insan yang bersih, terbebaskan dari noda-noda kesalahan. Persis seperti piring kotor yang dicuci dan dibilas dengan air sabun maka akan menjadi bersih dan mengkilap kembali.

Saking pentingnya kita harus bersih dan "mengkilap kembali" setelah bulan Ramadhan, dalam sebuah hadits shahih baginda Rasulullah pernah meng-aamiin-kan sebuah doa yang diucapkan oleh Jibril: "Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu namun dosanya belum diampuni." Kita tidak ingin celaka 'kan.. Maka alangkah meruginya seseorang jika demikian. Ramadhan berlalu begitu saja seperti berlalunya seekor lalat di depan wajahnya. Dianggap remeh dan kecil, bahkan mungkin mengganggu. Na'udzu billaahi min dzaalik.

Oleh karenanya, agar Ramadhan menjadi bermakna dan tidak berlalu begitu saja, kita harus memaksimalkannya. Biarlah Ramadhan yang kemarin-kemarin itu, ia telah berlalu, mulai tahun ini kita perlu membuat sebuah RESOLUSI RAMADHAN. Resolusi??! Iya.. Semacam tuntutan, putusan, atau kebulatan tekad. Sebuah resolusi yang kita buat sendiri sebagai titik cambukan kehidupan kita. Ya.. Kapan lagi kalau bukan Ramadhan tahun ini??

Namun sebelum itu semua, patut kita renungkan satu pertanyaan besar yang tidak akan bisa kita jawab dengan yakin, APAKAH KITA SAMPAI KE RAMADHAN NANTI??! Kita mungkin terlalu PeDe dengan kesehatan kita dan kebugaran kita saat ini. Lantas apakah itu menjamin bahwa kita akan menjumpai Ramadhan tahun ini? Siapa yang mengetahui kematian?! Saudara-saudara kita yang tahun lalu masih menjumpai Ramadhan namun tahun ini sudah terbaring di dalam tanah, dan tidak akan menjumpainya lagi. Apakah kita tau apa yang mereka angan-angankan? Mereka berangan-angan agar dihidupkan kembali untuk beramal shalih. Dan mereka berangan-angan tidak akan melewatkan sesaatpun di malam-malam Ramadhan atau di siang-siangnya kecuali dalam ketaatan kepada Allah. [[Di surat Al-Mu'minun ayat 99-100: menceritakan keinginan orang-orang yang telah meninggal dari kalangan muthrafin (orang yang bersikap meremehkan perintah Allah) dan orang-orang zhalim, bahwa mereka meminta untuk dihidupkan kembali agar bisa berbuat amal shalih yang dulu mereka tinggalkan]]. Nah kita.... Mumpung masih diberi kenikmatan hidup saat ini -dan semoga kelak juga bulan Ramadhan-, sepatutnya merenungi angan-angan mereka yang telah wafat dalam kealfaannya ketika hidup..

Baiklah, tekadkan bahwa MULAI RAMADHAN NANTI:

1. Saya harus berubah ke arah yang lebih baik
2. Saya harus menyesali dan taubat dari seluruh dosa saya
3. Saya harus menghapal Juz 30 selama Ramadhan
4. Saya harus membaca Al-Qur'an setiap hari beserta maknanya
5. Saya harus mengurangi interaksi dengan HP maksimal 2 jam sehari
6. Saya harus menutup aurat secara sempurna
7. Saya harus berhenti merokok
8. Saya harus berhenti pacaran
9. Saya harus bersedekah setiap hari minimal 1000
10. Saya harus berhenti mendengarkan dan main musik
11. Saya harus selalu menundukkan pandangan saya
12. Saya harus membaca dzikir pagi dan petang setiap hari
13. Saya harus khatam beberapa buku yang bermanfaat
14. Saya harus shalat dhuha dan shalat malam setiap hari
15. Saya harus shalat tarawih dan rawatib penuh
16. Saya harus rajin belajar ilmu syar'i
17. Saya harus lebih berbakti pada orang tua
18. Saya harus lebih berarti bagi orang-orang sekitar
19. Saya harus punya andil positif dalam lingkungan
20. Saya harus selalu berpikir sebelum berucap
21. Saya harus meninggalkan hal-hal yang kurang bermanfaat
22. Saya harus selalu berprasangka baik
23. Saya tidak boleh cepat marah
24. Saya tidak akan tidur subuh hari
25. Dan seterusnya............................................. (dicatat)

Baiklah, lupakan sejenak masa lalu kita yang kurang optimal itu. Sekarang kita menata ulang diri kita dalam sebuah Resolusi Ramadhan. Langsung ambil pulpen, kita tulis:

1. Daftar target Ramadhan kita sendiri yang mana hal itu memungkinkan untuk kita lakukan. Misalnya seperti daftar sebelumnya (No. 1-25).

2. Tekadkan dalam diri kuat-kuat "Saya ingin berubah karena Allah".

3. Lakukan dengan sungguh-sungguh karena Allah. Allah yang menyuruh kita untuk terus menjadi lebih baik, demi untuk kebaikan kita. Jadi, tetap dingin saja.. Allah Maha Peduli. Pasti ada bantuan Allah yang datang untuk membantu kita berubah.

4. Istiqamahkan setelah Ramadhan. Setelah Ramadhan berlalu jangan sampai resolusi kita hilang pula. Tetap lakukan, insyaallah, Allah membantu menguatkan kita.

Buatlah sebanyak-banyaknya dan Allah yang akan membantu mewujudkannya. Karena ini perkara taqwa kepada-Nya, perkara mendekatkan diri kepada-Nya. Percaya atau tidak, yakinlah... Allah pasti membantu! Allah berfirman: wa man yattaqqillaaha yaj'allahuu makhrajaa, wayarzuqhu min haitsu laa yahtasib.. "Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah maka Allah menjadikan baginya jalan keluar dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.." (Ath-Thalaq: 2-3). Mungkin resolusi-resolusi yang kita buat terasa sulit dan berat, namun resolusi ini merupakan sesuatu yang penting. Untuk sebuah Ramadhan yang berarti dan barokah. Dan jangan khawatir karena Allah yang membuat mudah dan ringan. Allah yang punya kunci jalan keluar. Dan Allah pula yang punya kunci rezeki. So don't be afraid.. Let's MOVE! Let's HIJRAH! Let's MAKE A CHANGE! 

Mudah-mudahan yang sedikit ini ada manfaatnya.. Untukmu semua saudara-saudaraku dan saya pribadi, karena Allah Ta'ala..
Barakallaahu fiikum..

[+] Note: Kalau saudara tidak segera mengambil pulpen, perubahan tidak akan terjadi.
   _______
Surabaya, 6 Sya'ban 1438 Hijriah/2 Mei 2017 
H-25 Ramadhan

Minggu, 30 April 2017

4 Tipe Pemuda Zaman Ini

Ada 4 tipe pemuda di zaman ini:

1. Pemuda yang cerdas tapi tidak peduli, dan ini banyak..

2. Pemuda yang peduli tapi tidak cerdas, ini banyak juga..

3. Pemuda yang gak cerdas tapi juga ga peduli, dan ini jangan sampai kita-kita berada disini..

4. Pemuda yang cerdas dan peduli, ini ada tapi agak sulit dicari dan masih sedikit jumlahnya namun kita tidak berputus asa untuk terus mencarinya..

Adakah kita memiliki keinginan untuk melangkah mencari nomor 4 pada diri-diri kita?? Ataukah kita masih berdiam diri mengiringi senja-senja kita yang terus berlalu??

#Status facebook setahun yang lalu.. dari kata-katanya Bpk Ridwan Kamil.


Senja
Saatnya yang muda jadi nomor 4. Gunakan waktumu anak muda!!!

Kamis, 20 April 2017

Kabut

Ibrah dari kabut: 
Ianya seperti hijab. Menyelimuti dan menghalangi pandangan ke luar. Akhirnya rumput sendiri akan lebih tampak hijau daripada rumput tetangga. Harusnya setiap muslim semuanya dan yang telah berumah tangga khususnya, wajib memiliki kabut ini atau pandangannya berkabut ketika memandang keluar. Karena rumput tetangga nyatanya tidak lebih hijau dari rumput sendiri. Ya gak? Teringat firman-Nya pada surah 24:30-31.
Banyak kasus yang terjadi disebabkan karena "kabut"nya telah hilang sehingga pandangannya akan kemana-mana. Yang perempuan tidak menjaga dirinya, foto disebar kemana-mana. Yang laki-laki pandangannya disebar kemana-mana. Ya connect.. 

Kamis, 23 Februari 2017

Pesan Ikhlas, Perbaiki Niat, dari Dosen Ma'had Umar

Pagi tadi sampai siang kami diberi kesempatan mengikuti orientasi mahasiswa baru Ma'had Umar bin Khattab Surabaya. Dalam kegiatan tersebut berisi pengenalan tentang ma'had, program-programnya, kegiatan, kemahasiswaan, dan sebagainya. Dari awal hingga akhir, yang seringkali disinggung adalah tujuan atau niat belajar mahasiswa apa. Perbaiki kalau masih salah. Luruskan kalau masih bengkok. 

Sampai pada sesi ta'aruf dan tasyji', setiap dosen/ustadz memperkenalkan dirinya dan pesan-pesannya kepada mahasiswa baru. Hampir setiap dosen menyarankan untuk memperbaiki tujuan awal kuliah di ma'had. Sampai akhirnya pada satu dosen di sesi tersebut mengatakan dengan tegas di tengah ucapannya, "TULIS DI JIDATMU: KE MA'HAD UMAR APA YANG KAMU CARI?". Maaf kami tulis balok agar mudah dibaca dan dipahami nadanya kira-kira bagaimana. Kalimat tersebut ditujukan agar mahasiswa tidak salah niat untuk belajar. 

Jujur kami sangat berterima kasih diingatkan seperti itu. Agar niat yang terpatri untuk belajar tidak semata-mata untuk tujuan yang semu. Harusnya menjadikan kuliah itu sebagai bentuk ibadah, begitu kira-kira pesan salah satu dosen.

Sejatinya kalimat tersebut harus digunakan di setiap keadaan yang ada di sehari-hari "TULIS DI JIDATMU: .......titik.....titik.................... APA YANG KAMU CARI?" agar apa yang kita lakukan tidak salah niat, tidak berakhir dengan sia-sia. Karena kalau niat salah maka perbuatan meskipun benar maka akan menjadi salah.. Dan perbuatan tidak bernilai bisa jadi sangat berharga hanya karena niat.. Ketahui bahwa menjaga agar niat itu lurus adalah sesuatu yang sulit. Bahkan sekelas Imam Sufyan Ats-Tsauri radhiyallahu 'anhu pernah berkata "Tidak ada yang lebih susah untuk aku obati melebihi niat. Karena ia selalu terbolak-balik." Nah, bagaimana lagi dengan kita.. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Semoga Allah memudahkan kita dalam mengikhlaskan niat. Semoga yang sedikit ini ada manfaatnya. Wallahu waliyyuttaufiq..

_______

Surabaya, 27 Jumadil 'Ula 1438 H/23 Februari 2017

Rabu, 02 November 2016

Apa itu Leasing?

Sebuah percakapan di grup:

Saudara A:
Leasing itu apa nggeh?

Saudara B:
Kurang lebih leasing itu seperti gini mas,
misalnya A mau beli motor/mobil lalu ia ke suatu dealer yg memakai sistem leasing (dan sependek yg saya tahu, blm pernah saya temui secara langsung atau tidak, ada dealer yg tidak memakai sistem ini). 

Kembali, jadi misalnya kita mau beli motor secara kredit. Sebenarnya dari pihak dealer itu sudah menggandeng pihak BANK. Harga motornya misalnya 10 juta cash, kalau dikredit 15 juta. Ketika kita membeli secara kredit 15 juta, kita akan membayarnya ke bank gitu kan. Nah BANK ini sebenarnya sudah membayar 10 juta terlebih dahulu ke dealer. Masalahnya apa? Karena: bank ibaratnya membeli dari dealer, kemudian memberinya ke kita dengan mendapatkan keuntungan 5 juta. Akan tetapi tidak ada SERAH TERIMA barang dari dealer ke bank. Langsung dari dealer ke kita. Sedangkan bank ikut bertransaksi dalam transaksi kita. Ini termasuk RIBA.. 

Oleh karenanya kalau kita mau beli motor sebaiknya ditabung dulu uangnya lalu kita beli cash. Kalau mau beli kredit, cari dealer yg tanpa leasing atau orang yg jual motornya secara langsung tanpa bantuan pihak ketiga..

#####

Hal ini sudah merakyat, namun banyak dari masyarakat kita yg belum mengerti. Maka tugas kita memberi pemahaman kepada mereka. Dimulai dari keluarga terdekat dst. Wallahu a'lam..

Ingat ya akhi saking beratnya dosa riba. Riba ada sekian banyak jenisnya, dan riba yang dosanya paling ringan itu ibarat (maaf) berhubungan dengan ibu kandung sendiri.. Inilah dosa riba. Sangat besar akhi. Maka kita perlu belajar, belajar segala jenis riba, jangan sampai kita tidak sengaja masuk ke dalam riba tanpa disadari tanpa diketahui....
____

Kota Surabaya,
2 Muharram 1438 Hijriah

Sabtu, 15 Oktober 2016

Selalu Waspada Kata Bang Napi

"Kejahatan tidak datang karena adanya niat pelaku, tapi kejahatan datang karena adanya kesempatan..." Begitu kata bang napi.

Tadi pagi, seorang bapak datang dan ingin meminta bantuan. Baru saja dia mendapat musibah di jalan. 
Sore hari yang lalu, di jalan. Anaknya yang diboncengnya di belakang, dijambret. Saat ada sms dari temannya, anaknya membuka hpnya.. srreeet... langsung saja tangan panjang penjambret merebut hp tersebut dari arah belakang.. Bapak tadi langsung teriak "jambret..jambret.." sembari mengejar tapi orang-orang di jalan tidak ada yang memerhatikan. Lokasinya di belakang Grand City Mall, dekat stasiun Gubeng, dekat SMA 5.. Tapi pengejarannya tidak berhasil.. yah...

Mungkin itu maksudnya bang napi, selalu mengatakan "waspadalah, waspadalah.." di akhir pesannya.
Saya tidak yakin si penjambret, ketika mulai naik motor, sudah punya itikad akan menjambret di jalan. Sebaliknya saya yakin, niat itu tiba-tiba muncul saat kesempatan terbuka lebar..

#Ayo sama-sama tingkatkan kewaspadaan.. Jangan biarkan peluang untuk 'dimaling/dijambret' ada di kita. Tutup. Selalu hati-hati, jangan suka buka hp atau barang berharga di perjalanan.. 
___

@Danau Unesa, 15/10/16
Semoga Allah memberi ketabahan kepada bapak tadi...

Kamis, 13 Oktober 2016

Servis Motor

Hampir jam 3 sore. Sisa-sisa hujan tinggal menjadi g(k)enangan di pinggir jalan. Sambil menunggu motor yg dibenerin di sebuah bengkel dekat kampus, aku ingin bercerita dikit.. Tentang motor mungkin.

Ya motor. Haha, terkadang saya menyebutnya belalang tempur :D
Terpikirkan kemudian, ini motor, jika sering digunakan, maka lama kelamaan akan aus juga. Seberapa baik pun cara penggunaan kita. Lalu dia butuh diservis dan juga dirawat. Agar kembali normal.

Sama dengan pengendaranya; manusia. Manusia jika sering digunakan, kesana kemari, pagi sampai malam, tapi tidak diperhatikan, apa yang terjadi? tidak diberi pencerahan, tidak diberi nasehat.. Maka dia akan aus juga. Aus sebagaimana ausnya motor. Lama kelamaan, jika tetap tidak diberi perhatian atau nasehat, bisa-bisa akan redup lalu mati. Dia akan sulit menerima hidayah. Maka selayaknya kita lebih memerhatikan nasib diri kita daripada sepeda motor.. karena masih ada alam yang akan kita lalui setelah ini.. Dan tanpa motor..

Ayo, siap2 balik. sudah sehat kembali tuh motornya.. ")
_____

Ketintang, 11 Muharram 1438 H/13 Oktober 2016
Hujannya sudah selesai.
#Ditulis menggunakan aplikasi Blogger untuk android.

Oh iya, di Surabaya sulit ku menemukan pelangi.. entah mengapa,

Selasa, 04 Oktober 2016

Antara Waktu dan Foto

This time is your time is your chance. Salah satu nikmat yang sering dilalaikan manusia adalah waktu dan kesehatan. Waktu? Kebanyakan kita menyesal ketika telah terjadi sesuatu, entah itu kemepetan, dikejar deadline, terlambat, dan sebagainya. Dan berandai-andai agar sekiranya waktu dapat diputar ulang.

Sayangnya waktu tidak seperti kamera yang dapat diputar sesuai kehendak kita. Waktu itu berharga ya ikhwah. Sangat berharga..

Maka manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Lakukan yang bisa kita lakukan sekarang juga, jangan engkau tunda hingga besok. Karena ketika engkau tunda sampai esok, esok pun datang, dan engkau kembali mengatakan hal yang sama.. "Ah, biarlah besok saja..."

Silahkan lakukan yang demikian. Tapi jangan lupa bahwa waktu tidak akan memanggilmu untuk kembali ke belakang.. Waktu, maafkan aku..

#notetomyself
#forbetterfuture
_____

@danau Unesa, 05.29 saat adzan maghrib.
Mencari ketenangan dan inspirasi.

Minggu, 14 Agustus 2016

Hiasi Taman Hatimu

Taman yang indah.. dengan bunga yang bermekaran berwarna-warni, pastilah sejuk dipandang mata. Namun, bagaimana dengan taman yang kotor, rumputnya tinggi bunganya tidak ada, adakah engkau sejuk memandangnya? 

Sekarang ku ajak engkau, ke satu taman yang harus dirawat. Dalam diri kita, ada satu taman yang benar-benar harus dirawat. Bahkan lebih penting dibandingkan merawat taman-taman bunga seperti di luaran sana.. Itulah taman 'hati'.

Taman ini bunganya sangat mudah mekar, tapi sangat mudah pula layu. Hati memang demikian. Sekarang senangnya minta ampun, apakah setengah jam kemudian hati itu masih akan merasa senang? Saat ini bila merasa sedih, apakah kau lupa beberapa saat yang lalu engkau barusan tertawa? Ku beritahu jawabannya adalah "Tidak". Karena hati lebih cepat berbolak-balik daripada air yang mendidih, sebagaimana perkataan manusia paling mulia yang pernah ada di muka bumi ini, shallallahu 'alaihi wa sallam. Suasana hati, detik demi detik, hanya Allah yang memegang kendalinya. Trust me!

Maka penting bagi saya dan engkau untuk selalu menjaga hati kita dari usikan-usikan luar dan dalam. Demi menjaganya agar senantiasa mekar. Karena banyak hal yang bisa merusak taman hati kita dan membuat bunga di dalamnya akan layu bahkan mati. Dan menjaganya sendirian adalah mustahil bagi kita. Sudah sepantasnya kita menyerahkannya kepada pemiliknya. 

Serahkan semuanya kepada pemilik hati! Mintalah agar hati kita ini menjadi hati-hati yang baik dan istiqamah. Karena hati yang semacam itu akan mudah untuk menerima nasihat, tidak gampang tumbang bila diterpa badai, dan mudah mengambil hikmah dari setiap kejadian.

Dan cukuplah.. Kita sama-sama berharap semoga Allah 'azza wa jalla menjadikan hati-hati kita menjadi hati yang bersih dan selamat, terbebas dari segala penyakit hati, serta dalam keadaan mekar dalam ketaatan ketika nantinya taman dan bunganya "dicabut"..
Foto saat taman belakang masjid dibersihkan 7 hari yang lalu.
"Hati yang indah jauh lebih indah dari pada taman yang indah..." 

Di sore hari menjelang masa kuliah semester 7,
@Masjid Baitul Makmur 1 Unesa, 11 Dzulqa'dah 1437.

Selasa, 21 Juni 2016

Waspada akan Terbaliknya Hati..!

...Karena hati lebih cepat berbolak-balik daripada air yang mendidih. [HR. Ahmad]

Yang namanya 'hati' itu selalu berubah-ubah.. Ibarat koin yang memiliki dua sisi, kadang yang muncul salah satu sisinya kadang pula sisi yang lain.. Dan bisa hanya sekejap mata berubah dari sisi satu ke sisi yang lain.. Itulah hati..

Sehingga kita lihat banyak orang yang baru saja melakukan kebaikan tiba2 melakukan kejahatan sesaat setelah kebaikan itu dilakukannya..

Baru saja berniat baik tapi tiba2 muncul niat buruk lagi..
Banyak yang sore harinya bersemangat pagi harinya futur..
Banyak yang kemarinnya mencintai esoknya membenci..
Banyak yang kemarin istiqamah sekarang hilang..
Banyak yang kemarin menutup aurat sekarang melepasnya..
Banyak yang ikut berkampanye menolak free sex, namun ikut memasyarakatkan pacaran..
Dan perkara yang paling besar, yang kemarin muslim namun hari ini sudah kafir.. Na'udzubillah..
Itu semua karena hati yang sangat mudah terbolak-balik.. Sekali lagi saudara, hati yang sangat mudah terbolak-balik..!

Maka kita disunnahkan untuk sering2 berdoa dengan doa yang diajarkan Rasulullah,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
Yaa muqollibal qulub tsabbit qalbi `ala diinika
"Wahai Dzat yang maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas diinmu (agamamu).."
 [HR. Tirmidzi]

Dan juga,

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
Allahumma mushorrifal quluub shorrif quluubana ‘ala tho’atik

"Ya Allah yang memalingkan (membolak-balikkan) hati manusia, palingkanlah hati kami di atas ketaatan kepada-Mu" 
[HR. Muslim]

Mari saling mengingatkan dalam kebaikan.. Ingatkanku pula bila salah..


#Repost status facebook

_____

Mojokerto, 16 Ramadhan 1437H

Kamis, 02 Juni 2016

Perkataan 25 Ulama tentang Musik dan Nyanyian (Kata siapa musik itu haram/tidak boleh??)

1. Sa’id bin Musayyib
Beliau berkata, “Sesungguhnya aku benar-benar membenci nyanyian dan menyukai rojaz(sejenis sya’ir)” (riwayat Abdurrazaq dalam Al Mushannaf, 11/6/19743 dengan sanad shahih. dinukil dari Tahrim Alat Tharb, 101)

2. Al Qasim bin Muhammad
Seorang lelaki bertanya kepada beliau tentang nyanyian. Beliau menjawab: ‘Aku melarangmu darinya, aku membencinya untukmu’. Lelaki itu bertanya lagi, ‘apakah nyanyian itu haram?’. Beiiau menjawab: ‘Wahai anak saudaraku, perhatikanlah! Jika Allah memisahkan antara al haq dengan al bathil maka pada bagian mana Dia akan menghukumi nyanyian?’ (Muntaqan Nafis min Talbis Iblis, 306)

3. Umar bin Abdil Aziz
Beliau menulis surat kepada guru anaknya, “hendaklah pertama kali yang diyakini anak-anakku dari tata-kramamu adalah membenci nyanyian. Yang awalnya dari setan, akhirnya kemurkaan dari Ar Rahman Jalla wa ‘Ala. Karena sesungguhnya telah sampai kepadaku dari para ulama yang terpercaya bahwa menghadiri alat-alat musik dan mendengarkan nyanyian-nyanyian serta menyukainya akan menumbuhkan kemunafikan di dalam hati, sebagaimana air akan menumbuhkan rerumputan. Demi Allah, sesungguhnya menjaga hal itu dengan tidak mendatangi tempat-tempat tersebut, lebih mudah bagi orang yang berakal, daripada bercokolnya kemunafikan di dalam hati” (Muntaqan Nafis min Talbis Iblis, 306).