Blogger Widgets
..:: Galau?! Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang ::..

Senin, 18 Juli 2016

Tanya Jawab: Sikap terhadap Hadits Dha'if

PERTANYAAN
"Maaf ustad, jika itu hadist dhoif, mengapa harus mengutipnya?? kenapa tidak menjelaskan saja hakekat puasa yg salah satunya dapat menahan bencana???
Atau merujuk pada hadist lain yang semisal
Atau apakah boleh bersandar pada hadist dhoif, meski maknanya & kandungan nya benar??
Terimakasih atas penjelasannya, Wassalam"

JAWABAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Seharusnya Anda tidak bertanya kepada penulis sendiri, tetapi bertanyalah kepada para ulama islam dari abad ke abad: Ibnu Rajab dalam berbagai kitanya, Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawanya, Ibnu Hajar dalam Fathul-Barinya, An-Nawawi dalam berbagai kitabnya, Muhammad bin Abdul-Wahhab dalam Kitab Tauhidnya: kenapa mereka berani menukil hadis-hadis dhaif, dan tidak mencukupkan diri dengan hadis shahih ??

Wajib Anda ketahui: Para ulama rahimahumullah dari zaman ke zaman membolehkan seseorang menukil hadis dhaif dengan beberapa alasan:

1. Tidak adanya dalil suatu hadis dalam perkara yang mereka bahas, sehingga merekapun menukil hadis dhaif tentunya dengan menjelaskan bahwa sanadnya dhaif tapi mengandung makna yang benar dan jelas (sharih), karena didukung oleh makna ayat Al-Quran atau Hadis yang kurang jelas (ghairu sharih). Inilah yang penulis artikel ini lakukan dalam pembahasan ini.

2. Hadis dhaif disebutkan sebagai penguat atau pendukung makna ayat atau makna hadis yang lain. Ini banyak sekali terdapat dalam berbagai buku para ulama dari zaman ke zaman, utamanya buku-buku Fiqh dan Fadhilah Amal.

3. Menukil hadis dhaif untuk dijelaskan sisi dhaifnya, sebagaimana yang tertulis dalam berbagai buku-buku hadis-hadis dhaif.

4. Hadis dhaif itu tidak masuk dalam ranah amalan, tapi masuk dalam ranah fadhaail a'maal. Hadis yang penulis sebutkan pada artikel ini adalah diantara hadis "fadhaail a'maal" yang mana jumhur ahli hadis membolehkan penukilannya, bahkan membolehkan berdalil dengan hadis dhaif dalam fadhilah 'amal (Ini pembahasan rumit dan perbedaan pendapat besar dikalangan ahli hadis).
Namun perlu diperhatikan bahwa dalam menukil hadis dhaif hendaknya: Menjelaskan "dhaif"nya hadis tersebut, bila penulis menyebutkan suatu hadis dhaif tanpa menjelaskan bahwa ia dhaif maka salahkanlah ia, namun apabila ia menjelaskan bahwa hadis itu dhaif maka bersyukurlah kepada Allah karena dua sebab:

Pertama: Anda tahu bahwa hadis itu dhaif,
Kedua: Anda Tahu Bahwa Hadis Itu Bisa Diamalkan Atau Tidak.⁠⁠⁠⁠


✏Dijawab oleh Ustadz Maulana La Eda, Lc. -Hafizhahullah-
(Mahasiswa S2 Jurusan Ilmu Hadits, Universitas Islam Madinah)

Sumber: Grup WA "Belajar Islam Intensif"
www.belajarislamintensif.com

∞∞ ENTRI TERKAIԎ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar