Pengukuran yang dilakukan
dengan teknologi masa kini berhasil mengungkapkan bahwa antara 3 hingga 30%
sinar matahari dipantulkan oleh permukaan laut. Jadi, hampir semua tujuh warna
yang menyusun spektrum sinar matahari diserap satu demi satu ketika menembus
permukaan lautan hingga kedalaman 200 meter, kecuali sinar biru (lihat gambar
di samping). Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak dijumpai sinar apa pun.
(lihat gambar atas). Fakta ilmiah ini telah disebutkan dalam ayat ke-40 surat
An Nuur sekitar 1400 tahun yang lalu.
"Atau seperti gelap
gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak
(pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia
mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang
tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya
sedikitpun." (Al Qur'an, 24:40)
Keadaan umum tentang lautan
yang dalam dijelaskan dalam buku berjudul Oceans:
Kegelapan
dalam lautan dan samudra yang dalam dijumpai pada kedalaman 200 meter atau
lebih. Pada kedalaman ini, hampir tidak dijumpai cahaya. Di bawah kedalaman
1000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali. (Elder, Danny; and John
Pernetta, 1991, Oceans, London, Mitchell Beazley Publishers, s. 27)
Kini, kita
telah mengetahui tentang keadaan umum lautan tersebut, ciri-ciri makhluk hidup
yang ada di dalamnya, kadar garamnya, serta jumlah air, luas permukaan dan
kedalamannya. Kapal selam dan perangkat khusus yang dikembangkan menggunakan
teknologi modern, memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan informasi ini.
Manusia tak
mampu menyelam pada kedalaman di bawah 40 meter tanpa bantuan peralatan khusus.
Mereka tak mampu bertahan hidup di bagian samudra yang dalam nan gelap, seperti
pada kedalaman 200 meter. Karena alasan inilah, para ilmuwan hanya baru-baru
ini saja mampu menemukan informasi sangat rinci tersebut tentang kelautan.
Namun, pernyataan "gelap gulita di lautan yang dalam" digunakan dalam
surat An Nuur 1400 tahun lalu. Ini sudah pasti salah satu keajaiban Al Qur’an,
sebab infomasi ini dinyatakan di saat belum ada perangkat yang memungkinkan
manusia untuk menyelam di kedalaman samudra.
Selain itu,
pernyataan di ayat ke-40 surat An Nuur "Atau seperti gelap gulita di lautan
yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya
(lagi) awan…" mengarahkan perhatian kita pada satu keajaiban Al Qur’an
yang lain.
Para
ilmuwan baru-baru ini menemukan keberadaan gelombang di dasar lautan, yang
"terjadi pada pertemuan antara lapisan-lapisan air laut yang memiliki
kerapatan atau massa jenis yang berbeda." Gelombang yang dinamakan
gelombang internal ini meliputi wilayah perairan di kedalaman lautan dan
samudra dikarenakan pada kedalaman ini air laut memiliki massa jenis lebih
tinggi dibanding lapisan air di atasnya. Gelombang internal memiliki sifat
seperti gelombang permukaan. Gelombang ini dapat pecah, persis sebagaimana
gelombang permukaan. Gelombang internal tidak dapat dilihat oleh mata manusia,
tapi keberadaannya dapat dikenali dengan mempelajari suhu atau perubahan kadar
garam di tempat-tempat tertentu. (Gross, M. Grant; 1993, Oceanography, a View
of Earth, 6. edition, Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc., s. 205)
Pernyataan-pernyataan
dalam Al Qur'an benar-benar bersesuaian dengan penjelasan di atas. Tanpa adanya
penelitian, seseorang hanya mampu melihat gelombang di permukaan laut. Mustahil
seseorang mampu mengamati keberadaan gelombang internal di dasar laut. Akan
tetapi, dalam surat An Nuur, Allah mengarahkan perhatian kita pada jenis
gelombang yang terdapat di kedalaman samudra. Sungguh, fakta yang baru saja
diketemukan para ilmuwan ini memperlihatkan sekali lagi bahwa Al Qur'an adalah
kalam Allah.
*Sumber: http://www.keajaibanalquran.com/earth_darkness.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar