Blogger Widgets
..:: Galau?! Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang ::..

Sabtu, 25 Juni 2016

BERLAYAR DALAM SAMUDRA RAMADHAN, BERLAPIS KEBERKAHAN..

Pelayaran Kita

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah begitu besar nikmat-Nya yang masih dilimpahkan kepada kita. Tidak terasa saat ini kita sudah memasuki bagian terakhir Ramadhan. Itu artinya perjalanan kita di samudera Ramadhan ini akan segera berakhir dan akan segera berlabuh di pelabuhan Syawal. Semoga kita selalu diberi kekuatan dan hidayah-Nya agar dapat memaksimalkan sisa perjalanan kita dengan ketaatan kepada-Nya.

Sebagai umat yang menginginkan banyak kebaikan, tentu kita tidak ingin melewati Ramadhan ini hanya dengan sekedar berpuasa dan agar segera berlebaran. Ibarat berlayar dan menjelajah di lautan, betapa banyak hal-hal yang dapat kita ambil di lautan sebelum kapal kita berlabuh. Disana ada ikan-ikan, keindahan terumbu karang, bahkan mutiara-mutiara laut. Apakah kita akan melewatkannya begitu saja? Tentu tidak. Begitu pula dengan Ramadhan, setidaknya kita berusaha mencari itu semua sebelum lebaran tiba. Kesemuanya itu bisa kita dapatkan dengan memperbanyak ibadah-ibadah sunnah disamping ibadah wajib, berbuat baik kepada sesama, sedekah, silaturrahim, dan banyak lagi. Bahkan ganjarannya tidak sebanding jika kita bandingkan dengan sekedar mutiara. 


Jika kita mengetahui atau berandai-andai sekiranya pelayaran ini adalah pelayaran yang terakhir dan tidak akan mungkin kita bisa berlayar lagi di pelayaran berikutnya maka tentu kesempatan ini tidak akan kita sia-siakan. Kita akan berusaha meraup semua mutiara-mutiara yang ada di laut sebanyak mungkin sesuai kemampuan kita. Maka seharusnya perumpamaan tersebut tidak jauh berbeda dengan Ramadhan. Kita selayaknya selalu berandai-andai bahwa ini merupakan Ramadhan yang terakhir buat kita sehingga kita selalu sadar untuk terus memperbanyak mutiara-mutiara kebaikan di kesempatan terakhir kita ini.

Untuk senantiasa bersemangat mengejar pundi-pundi kebaikan di bulan Ramadhan, tentu banyak rintangan dan halangan yang kita hadapi. Persis dengan sebuah pelayaran di tengah samudera yang mustahil tanpa ombak, bahkan terkadang badai. Rintangan tersebut terkadang berupa rasa malas, rasa capek, dan rasa ngantuk. Hal ini wajar dan manusiawi. Namun kita juga patut waspada karena terkadang rasa-rasa tersebut ialah bisikan syaitan agar kita tidak beribadah.

Berbekal dengan Bekal Terbaik Sebelum Berlayar


Suatu pelayaran yang jalurnya melewati samudera luas tentu menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Sehingga menjadi suatu keharusan bagi penumpang dan ABK kapal untuk berbekal sedari sebelum berangkatnya. Bekal yang dibawa akan berbeda-beda setiap orang. Orang yang berbekal sejak jauh-jauh hari sebelum pelayaran tentu berbeda dengan orang yang berbekal sehari atau dua hari sebelum pelayaran. Kita flashback dulu, begitu pula dengan Ramadhan. Orang yang persiapannya hanya sehari sebelum Ramadhan tentu berbeda dengan orang yang sudah bersiap 3 bulan sebelum Ramadhan. Bahkan para sahabat Rasul yang mulia mulai bersiap-siap tatkala 6 bulan sebelum Ramadhan. Bekal yang dipersiapkan mereka dengan waktu selama itu pun bukanlah sarung baru, baju baru, ataupun peci baru. Ialah bekal takwa yang mereka persiapkan.


Orang yang berbekal sehari sebelum Ramadhan maka semangatnya mungkin hanya akan bertahan di awal-awal Ramadhan saja karena bekalnya akan segera habis, sebagaimana yang sering kita lihat shaf-shaf akan selalu berkurang seiring bertambahnya Ramadhan. Adapun orang-orang yang mempersiapkan bekalnya sejak jauh-jauh hari sebelum Ramadhan maka akan bertahan terhadap berbagai macam rintangan dan godaan hingga Ramadhan usai. Orang-orang seperti inilah yang akan menjadi finalis-finalis Ramadhan yang bertahan dari awal hingga akhir.


Sedia 2S Saat Berlayar


2S bukanlah Safety Shipping ataupun Safety Sailing. 2S merupakan Sabar dan Syukur. Ya, di dalam pelayaran tentu banyak aturan-aturan yang dibuat oleh pihak operator pelayaran demi terciptanya kelancaran dan kenyamanan bersama. Jika kita merupakan orang yang sering berlayar maka kita tentunya tidak asing lagi dengan aturan-aturan yang dimaksud. Seperti halnya berlayar di Ramadhan, begitu banyak hal-hal yang dilarang sementara hal tersebut mungkin sangat kita inginkan. Maka kewajiban kita ialah bersabar untuk sementara waktu. Namun, Allah Maha Adil masih ada beberapa hal yang diperbolehkan dan itu pasti yang terbaik untuk kita maka tugas kita ialah bersyukur. Manakala kita bersyukur maka nikmat kita akan ditambah insyaallah dan syukur kita akan bertambah pula. Coba perhatikan kembali hal-hal yang dilarang saat berpuasa. Ketika waktunya berbuka puasa, larangan-larangan selama puasa dicabut dan otomatis sesuatu yang tidak diperbolehkan selama puasa tadi akan diperbolehkan kembali sehingga bertambahlah nikmat-nikmat-Nya untuk kita. Maka dengan itu rasa syukur kita wajib kita tambah pula. 


Jurus 2S ini penting. Kenapa? Karena ketika kita mampu menerapkannya terhadap segala sesuatu dengan benar dan baik maka keridhaan Allah akan menyapa kita dan kelapangan dada serta kedamaian akan kita rasakan. Meskipun sulit namun bukan berarti tidak bisa. Oleh karenanya penting bagi kita berlatih kedua jurus ini tiap waktu agar ketika Ramadhan tiba dengan mudah kita dapat menerapkannya.


Mengikhlaskan Waktu dalam Berlayar

Siapa diantara kita yang belum pernah berlayar atau gampangannya naik kapal? Berlayar bagi sebagian orang akan terasa jenuh. Apalagi jika daerah yang dituju cukup jauh. Hal itu karena banyak aktivitas keseharian dari orang-orang yang berada dalam kapal khususnya penumpang akan terbatasi selama berada di dalam kapal. Begitu pula dengan berlayar di Ramadhan, banyak aktivitas-aktivitas keseharian kita yang dibatasi bahkan dilarang misalnya makan dan minum di siang hari. Maka jurus 2S dibutuhkan lagi disini ditambah dengan keikhlasan. Sabarlah, karena aktivitas-aktivitas kita hanya dibatasi selama pelayaran berlangsung. Adapun ketika telah sampai tempat tujuan maka kita dapat beraktivitas normal lagi. Padahal jika kita ketahui, sebenarnya itu untuk keselamatan diri kita juga. Coba bayangkan jika kita melanggar batasan-batasan yang telah diatur di kapal misalnya bermain-main di sekitar pagar pembatas kapal. Bisa-bisa kita akan terjatuh dan malah akan mencelakakakan diri kita sendiri. Begitu pun ketikaa kita sedang berpuasa, jika kita melanggar aturan-Nya bisa-bisa kita sendiri yang celaka. Maka bersabarlah sebentar saja sekedar lama perjalanan tersebut.


Kemudian di samping bersabar dan tidak terus-terusan mengeluh dengan banyaknya aturan di dalam pelayaran samudera Ramadhan kita juga patut bersyukur. Bersyukurlah, karena betapa banyak orang-orang yang ingin mengikuti pelayaran ini dan ingin menuai banyak mutiara namun mereka sudah tidak bisa. Mereka yang sudah wafat sebenarnya sangat menginginkan untuk mengikuti pelayaran ini dan mencari keuntungan sebanyak mungkin di dalamnya. Namun takdir sudah mendahuluinya. Adapula yang sekedar ikut pelayaran namun kepayahan dan tidak bisa mengambil banyak mutiara-mutiara dalam pelayaran ini. Misalnya mereka yang sudah lanjut usia, ibu-ibu yang sedang haid/nifas, mereka yang sakit keras, dan sebagainya. Maka sekali lagi seharusnya kita lebih bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk berlayar dan masih diberi kekuatan sehingga masih dapat mengambil banyak manfaat dan keuntungan dari pelayaran ini.


Perkara berikutnya yang cukup besar ialah keikhlasan. Berlayar di samudera Ramadhan yang luas, selain membutuhkan kesabaran dan kesyukuran juga membutuhkan yang namanya keikhlasan. Keikhlasan ini penting, karena merupakan salah satu syarat diterimanya amal. Kesabaran dan kesyukuran perlu diiringi dengan yang namanya keikhlasan agar dapat bernilai ibadah dan mendatangkan keberkahan. Jika yang kita inginkan adalah keberkahan yang berlapis selama di pelayaran maka sejak dari awal pelayaran hingga tiba di tujuan, kita harus selalu menjaga hati agar senantiasa ikhlas. Apapun yang terjadi baik itu yang mengenakkan ataupun tidak mengenakkan selama perjalanan selalu kita hadapi dengan senjata 2S dengan penuh keikhlasan karena Allah. Dari situ nanti kita akan mendapatkan ketenangan dan kelapangan dada sehingga apa pun yang terjadi selama di pelayaran nanti tidak membuat kita goyah dan senantiasa di posisi tengah-tengah. Jika mendapat kabar buruk tidak rendah diri dan jika mendapat kabar baik tidak tinggi hati.


Semakin Banyak Mutiara Ketika Hendak Berlabuh

Salah satu keunikan dari samudera Ramadhan ialah sangat banyak mutiara-mutiaranya justru berada ketika kapal akan berlabuh. Ya, ketika kapal hendak memasuki pelabuhan Syawal ialah daerah dengan mutiara-mutiara kemuliaan yang sangat banyak. Namun saat-saat itu juga dimana telah banyak penumpang yang lalai, kelelahan dan merasa jenuh di kapal. Padahal disinilah ‘harta kekayaan’ yang sangat diincar oleh para pencari kekayaan laut. Alangkah ruginya para pencari kekayaan laut itu karena tidak mengetahui tempatnya sedangkan orang-orang muslim mengetahui tempatnya. Namun yang lebih celaka lagi, di saat orang-orang muslim mengetahui tempatnya justru mereka hanya membiarkaannya saja dan tidak mengambil peluang ini. Ya, inilah malam-malam akhir Ramadhan. Saat dimana kebanyakan orang-orang sudah meninggalkan shaf-shafnya di masjid dan beralih ke mall-mall mengejar diskon. Saat dimana anak-anak tidak lagi meneriakkan “Aamiin” dan beralih bermain petasan dan kembang api. Saat dimana orang-orang meninggalkan munajatnya di akhir malam. Padahal justru disinilah mutiara-mutiara kemuliaan berada. Bukankah di setiap akhir malam Allah membuka pintu taubatnya selebar-lebarnya dan Dia memberi kepada siapa yang meminta kepada-Nya? Dan bukankah di akhir-akhir Ramadhan inilah ada satu malam yang kadarnya lebih baik dari 83 Tahun? Maka akankah kita menyia-nyiakan kesempatan untuk selamat sementara kita telah mengandaikan ini adalah pelayaran terakhir kita dan sebentar lagi kapal kita akan berlabuh? Sementara kita tidak akan mendapati pelayaran berikutnya. Oh, jangan sampai saudaraku!


Berlabuh dengan Selamat

Setelah melewati daerah mutiara kemuliaan maka kapal kita akan segera berlabuh dan menepi di pelabuhan Syawal. Apa yang kita peroleh selama perjalanan, pengalaman baik dan buruk maka jika kita menghadapinya dengan 2S ditambah keikhlasan maka insyaallah pelayaran ini akan mendapat keberkahan dan kita menginjakkan kaki di pelabuhan dengan diri yang bersih dan suci. 


Sejatinya, bulan Ramadhan ialah bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Sehingga kita sebagai muslim sudah sepantasnya mengerahkan segala tenaga kita untuk meminta kepada Allah hidayah, taufik, ‘inayah, dan barakah di dalamnya. Di bulan inilah Al-Quran (kitab suci yang tidak akan berubah hingga kiamat) diturunkan, syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan di dalamnya ada satu malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Betapa banyak kabar gembira dari Allah akan keutamaan bulan ini namun masih banyak pula orang-orang yang lalai darinya. Semoga kita termasuk orang-orang yang diberkahi dan diberi taufik oleh Allah agar bisa menghidupkan sisa-sisa malam dari bulan yang mulia ini sebelum ia meninggalkan kita.. 

~Irwanuddin
22 Ramadhan 1436 H / 9 Juli 2015

___
Diikutkan pada Lomba Essay SPORA Al-Falah 2015

∞∞ ENTRI TERKAIԎ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar