Alhamdulillah, segala puji bagi Allah begitu besar nikmat-Nya yang masih dilimpahkan kepada kita. Tidak terasa saat ini kita sudah memasuki bagian terakhir Ramadhan. Itu artinya perjalanan kita di samudera Ramadhan ini akan segera berakhir dan akan segera berlabuh di pelabuhan Syawal. Semoga kita selalu diberi kekuatan dan hidayah-Nya agar dapat memaksimalkan sisa perjalanan kita dengan ketaatan kepada-Nya.
Sebagai umat yang menginginkan banyak kebaikan, tentu kita tidak ingin melewati Ramadhan ini hanya dengan sekedar berpuasa dan agar segera berlebaran. Ibarat berlayar dan menjelajah di lautan, betapa banyak hal-hal yang dapat kita ambil di lautan sebelum kapal kita berlabuh. Disana ada ikan-ikan, keindahan terumbu karang, bahkan mutiara-mutiara laut. Apakah kita akan melewatkannya begitu saja? Tentu tidak. Begitu pula dengan Ramadhan, setidaknya kita berusaha mencari itu semua sebelum lebaran tiba. Kesemuanya itu bisa kita dapatkan dengan memperbanyak ibadah-ibadah sunnah disamping ibadah wajib, berbuat baik kepada sesama, sedekah, silaturrahim, dan banyak lagi. Bahkan ganjarannya tidak sebanding jika kita bandingkan dengan sekedar mutiara.
Jika kita mengetahui atau berandai-andai sekiranya pelayaran ini adalah pelayaran yang terakhir dan tidak akan mungkin kita bisa berlayar lagi di pelayaran berikutnya maka tentu kesempatan ini tidak akan kita sia-siakan. Kita akan berusaha meraup semua mutiara-mutiara yang ada di laut sebanyak mungkin sesuai kemampuan kita. Maka seharusnya perumpamaan tersebut tidak jauh berbeda dengan Ramadhan. Kita selayaknya selalu berandai-andai bahwa ini merupakan Ramadhan yang terakhir buat kita sehingga kita selalu sadar untuk terus memperbanyak mutiara-mutiara kebaikan di kesempatan terakhir kita ini.
Untuk senantiasa bersemangat mengejar pundi-pundi kebaikan di bulan Ramadhan, tentu banyak rintangan dan halangan yang kita hadapi. Persis dengan sebuah pelayaran di tengah samudera yang mustahil tanpa ombak, bahkan terkadang badai. Rintangan tersebut terkadang berupa rasa malas, rasa capek, dan rasa ngantuk. Hal ini wajar dan manusiawi. Namun kita juga patut waspada karena terkadang rasa-rasa tersebut ialah bisikan syaitan agar kita tidak beribadah.
Sedia 2S Saat Berlayar
2S bukanlah Safety Shipping ataupun Safety Sailing. 2S merupakan Sabar dan Syukur. Ya, di dalam pelayaran tentu banyak aturan-aturan yang dibuat oleh pihak operator pelayaran demi terciptanya kelancaran dan kenyamanan bersama. Jika kita merupakan orang yang sering berlayar maka kita tentunya tidak asing lagi dengan aturan-aturan yang dimaksud. Seperti halnya berlayar di Ramadhan, begitu banyak hal-hal yang dilarang sementara hal tersebut mungkin sangat kita inginkan. Maka kewajiban kita ialah bersabar untuk sementara waktu. Namun, Allah Maha Adil masih ada beberapa hal yang diperbolehkan dan itu pasti yang terbaik untuk kita maka tugas kita ialah bersyukur. Manakala kita bersyukur maka nikmat kita akan ditambah insyaallah dan syukur kita akan bertambah pula. Coba perhatikan kembali hal-hal yang dilarang saat berpuasa. Ketika waktunya berbuka puasa, larangan-larangan selama puasa dicabut dan otomatis sesuatu yang tidak diperbolehkan selama puasa tadi akan diperbolehkan kembali sehingga bertambahlah nikmat-nikmat-Nya untuk kita. Maka dengan itu rasa syukur kita wajib kita tambah pula.
Mengikhlaskan Waktu dalam Berlayar
Semakin Banyak Mutiara Ketika Hendak Berlabuh
Salah satu keunikan dari samudera Ramadhan ialah sangat banyak mutiara-mutiaranya justru berada ketika kapal akan berlabuh. Ya, ketika kapal hendak memasuki pelabuhan Syawal ialah daerah dengan mutiara-mutiara kemuliaan yang sangat banyak. Namun saat-saat itu juga dimana telah banyak penumpang yang lalai, kelelahan dan merasa jenuh di kapal. Padahal disinilah ‘harta kekayaan’ yang sangat diincar oleh para pencari kekayaan laut. Alangkah ruginya para pencari kekayaan laut itu karena tidak mengetahui tempatnya sedangkan orang-orang muslim mengetahui tempatnya. Namun yang lebih celaka lagi, di saat orang-orang muslim mengetahui tempatnya justru mereka hanya membiarkaannya saja dan tidak mengambil peluang ini. Ya, inilah malam-malam akhir Ramadhan. Saat dimana kebanyakan orang-orang sudah meninggalkan shaf-shafnya di masjid dan beralih ke mall-mall mengejar diskon. Saat dimana anak-anak tidak lagi meneriakkan “Aamiin” dan beralih bermain petasan dan kembang api. Saat dimana orang-orang meninggalkan munajatnya di akhir malam. Padahal justru disinilah mutiara-mutiara kemuliaan berada. Bukankah di setiap akhir malam Allah membuka pintu taubatnya selebar-lebarnya dan Dia memberi kepada siapa yang meminta kepada-Nya? Dan bukankah di akhir-akhir Ramadhan inilah ada satu malam yang kadarnya lebih baik dari 83 Tahun? Maka akankah kita menyia-nyiakan kesempatan untuk selamat sementara kita telah mengandaikan ini adalah pelayaran terakhir kita dan sebentar lagi kapal kita akan berlabuh? Sementara kita tidak akan mendapati pelayaran berikutnya. Oh, jangan sampai saudaraku!
Berlabuh dengan Selamat
Sejatinya, bulan Ramadhan ialah bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan. Sehingga kita sebagai muslim sudah sepantasnya mengerahkan segala tenaga kita untuk meminta kepada Allah hidayah, taufik, ‘inayah, dan barakah di dalamnya. Di bulan inilah Al-Quran (kitab suci yang tidak akan berubah hingga kiamat) diturunkan, syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan di dalamnya ada satu malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Betapa banyak kabar gembira dari Allah akan keutamaan bulan ini namun masih banyak pula orang-orang yang lalai darinya. Semoga kita termasuk orang-orang yang diberkahi dan diberi taufik oleh Allah agar bisa menghidupkan sisa-sisa malam dari bulan yang mulia ini sebelum ia meninggalkan kita..
~Irwanuddin
22 Ramadhan 1436 H / 9 Juli 2015
Diikutkan pada Lomba Essay SPORA Al-Falah 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar