Blogger Widgets
..:: Galau?! Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang ::..

Minggu, 05 Februari 2017

Rahasia Mencetak Anak Hafizh di Usia Belia

Beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kunjungan Syaikh Tabarak dan ayahnya Dr. Kamil Labudi di Surabaya. Oleh-oleh ini disampaikan ketika acara Amazing Subuh di Masjid Al-Falah Surabaya hari Ahad, 5 Februari 2017. Ayahnya Syaikh Tabarak, Dr. Kamil Labudi, merupakan salah satu ayah tersukses di dunia yang berhasil menjadikan ketiga anaknya (salah satunya Syaikh Tabarak) menjadi hafizh Qur'an di waktu yang sangat belia. Mereka berasal dari Mesir. Syaikh Tabarak menjadi hafizh 30 Juz ketika usianya 4,5 tahun. Masyaallah. Lantas bagaimana rahasianya? Berikut beberapa poin yang sempat kami ambil dan tulis kembali. Semoga bermanfaat..

= = = = =

Kita perlu sadari, bahwa surat-surat Allah kepada manusia itu tanpa kepentingan Allah. Berbeda dengan manusia ketika mengirim surat atau chat kepada yang lain, tentunya punya kepentingan disitu. Namun, surat-surat dari Allah justru untuk kepentingan kita sendiri, agar kita selamat dalam menjalani kehidupan. 

Hubungan kita dengan Al-Qur'an ada 3, yaitu:
1) Membaca
2) Memahami dan Mentadabburi
3) Mengamalkan dan Mempraktekkan

Banyak manusia yang hubungannya dengan Al-Qur'an tidak lengkap. Al-Qur'an ini tidak diturunkan hanya untuk dibaca, melainkan juga ditadabburi dan diamalkan. Hubungan kita memang tidak lengkap kepada Al-Qur'an. Jangankan semuanya, surat yang sering kita baca saja bisa jadi kita belum paham maknanya. Misalnya surah Al-Ikhlash, apakah kita sudah tahu maknanya? Di dalam surah Al-Ikhlash, terdapat kata Ash-Shamad (الصَّمَدُ). Namun tahukah kita maknanya? Ash-Shamad bisa berarti: (1) Allah kekal, sedangkan semua makhluk akan mati, (2) Semua makhluk bergantung pada-Nya, (3) Dzat yang Maha Tinggi dan tidak ada yang menandingi ketinggian-Nya, (4) Dzat Yang Tunggal, (5) Tujuan semua makhluk ialah menuju Allah. Bisa dibayangkan jika satu kata saja maknanya demikian, lantas bagaimana jika satu ayat? Satu surah? Satu juz? Satu Al-Qur'an?

Itulah yang dikejar-kejar para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dulu. Para sahabat ketika pulang ke rumahnya, mereka tidak menanyakan "Apakah ada makanan atau minuman?". Begitupun istrinya, ketika suaminya datang ia tidak menanyakan tentang makanan atau minuman. Namun yang mereka tanyakan adalah "Apa yang hari ini diturunkan kepada Rasulullah?". Pernahkah terbesit pada kita hal seperti ini?

Lanjut Dr. Kamil, beliau memberi 2 nasehat:
1. Gunakan Al-Qur'an terjemahan per kata. Milikilah Al-Qur'an terjemah per kata. Ini memudahkan kita untuk mengetahui tafsir tiap kata ayat-ayat Al-Qur'an.
2. Tadabburi satu ayat setiap selesai shalat. Jadi, ada lima ayat yang ditadabburi setiap harinya. Kalau ayatnya panjang, maka cukup satu baris saja setiap selesai shalat.
Dengan cara tersebut di atas, akan memudahkan kita melengkapi hubungan kita dengan Al-Qur'an.

Kemudian nanti pasti akan banyak godaan, misalnya setan membisikkan "Mengapa kamu capek-capek melakukan itu. Tidak perlu. Bahasa Al-Qur'an itu untuk orang arab saja. Dan seterusnya dan seterusnya..." Maka jangan dengarkan perkataan setan ini. Allah subhanahu wata'ala berfirman (Surah Muhammad: 24):
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا 
Maka mengapa mereka tidak mentadabburi Al-Qur'an. Apa hati mereka tidak tertutup?

~Sesi Tanya Jawab~

Pertanyaan: Bagaimana cara mendidik anak agar hafal Al-Qur'an?

Jawab: Bagaimana anak itu tumbuh bergantung apa yang dibiasakan orang tua kepada anaknya. Anak yang baru dilahirkan itu, ia tidak memiliki ilmu. Dr. Kamil berpesan kepada para akhawat ketika hamil maka biasakan membaca doa pada surah Ali-Imran: 35.
إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Lanjut Dr. Kamil, ketika anaknya telah lahir, setiap hari anaknya diperdengarkan 1 juz Al-Qur'an sebanyak 5 kali, selama sebulan. Jadi pada 1 bulan pertama, anaknya mendengar juz 1 sebanyak 150 kali. Ketika telah 1 bulan, maka berikutnya masuk ke juz 2. Begitu seterusnya maka ketika usianya 30 bulan, anak telah mendengar 30 juz sebanyak 150 kali. 

Kita lihat pada zaman Nabi, anak kecil apa yang diperdengarkan kepada mereka? Al-Qur'an...
Suatu wadah jika dimasukkan sesuatu, apakah yang dikeluarkan akan berbeda? Misalnya suatu wadah diisi air putih, apakah ketika dikeluarkan ia menjadi kopi? Tentu tidak. Maka begitu pun dengan anak kecil. Apa yang diisikan maka itu pula yang akan keluar. Dan jika seandainya yang dibiasakan orang tua adalah sesuatu yang melalaikan maka anaknya pun nanti akan seperti itu.. Lanjut Dr. Kamil, oleh karenanya, kalau anak sudah diperdengarkan Al-Qur'an selama 30 bulan maka gampang selanjutnya jika diajak menghafal...

= = = = =

Wallahu a'lam bishshawab. Mungkin itu sedikit yang bisa kami tulis semoga ada manfaatnya.
Semoga Allah meluruskan niat penulis. Silahkan disebar jika dirasa bermanfaat.
_____

Diselesaikan di Ketintang, 5 Februari 2017/9 Jumadil Awal 1438 H
~WA

∞∞ ENTRI TERKAIԎ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar