Blogger Widgets
..:: Galau?! Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang ::..

Rabu, 04 Mei 2016

Kawan itu.. Dia Telah Meninggalkan Musiknya..

Kisah ini merupakan kisah perjalanan hijrah teman dari teman saya dalam meninggalkan musik. Semoga ada manfaatnya..

" "



Hijrah dari Musik 

Siapa yang tidak suka musik? Semua suka musik saudaraku.. Saya, Anda, kalian, mereka, semua suka sama musik.. Di televisi, di radio, di bus, di pom bensin, di minimarket, di mana-mana ada musik. Nada-nadanya yang membuai, membuat hati terkulai, menjadikan perasaan terbuai...

Musik memang memiliki keunikan tersendiri, tatkala sunyi sepi, tiba-tiba pikiran kita langsung terarah untuk menyetel musik. Ya, seperti sudah refleks. Dan ini terjadi di sebagian besar kita.

Awal-awal masa SMP merupakan awal-awalnya saya ingin mendalami musik, ya saya membeli gitar. Gitar bro.. alat musik yang sangat digandrungi anak muda. Saya membelinya dengan harga kurang lebih 350.000, sebuah gitar listrik. Meskipun saya belum mahir, tapi memiliki keinginan untuk bisa bergitar. Buku-buku musik pun saya beli yang ada kode chord-nya demi bisa dimainkan bersama gitar.. Satu dua tiga lagu pun berhasil ku kuasai. Akhirnya tanpa buku pun sudah bisa dikit..

Alhamdulillah, Allah membuatku merasa sedikit bosan dengan main gitar, akhirnya intensitas belajar gitarku sedikit menurun. Sampai pada suatu ketika saya pun menjual gitar tersebut kepada orang lain dengan harga 150.000. Meskipun sudah tidak memiliki gitar lagi, namun saya masih suka dalam mendengarkan musik.

Di masa-masa SMA, saya pun mulai mengetahui bahwa ada hadits dari nabi yang melarang musik. Namun, larangan tersebut belum terlalu saya indahkan. Disamping saya yang masih suka musik, lingkungan saya juga penuh dengan musik. Sehingga sedikit sulit untuk meninggalkan musik. Band yang paling saya idolakan dulu ialah Wali Band (fansnya namanya Para Wali). Seluruh lagunya saya download dari internet, beli paketan internet terus dipake facebookan dan download lagunya. Total dulu itu saya punya 43 buah lagunya dari awal albumnya sampai yang terbaru. Subhanallah..

Seiring berjalannya waktu dan terus mencari-cari bagaimana musik dalam sudut pandang islam, ternyata musik hukumnya haram, dan juga melalaikan orang. Dan akhirnya saya memantapkan diri untuk mulai meninggalkan musik yang berbau cinta-cintaan, pacaran, mellow, dan juga yang berbau rock, metal, dan musik-musik keras lainnya (kalo yang ini memang kurang terlalu suka). Saya pun beralih menjadi lebih senang sama musik yang lembut, berbau islami (ya dulu waktu masih belum paham), memberi motivasi, dan memiliki makna kehidupan akhirat (iliih).

Subhanallah, sampailah saya pada titik dimana saya sudah tidak lagi bergairah kepada musik mellow, pop, rock, dan apapun jenisnya jika di dalam liriknya hanya terdapat syiar-syiar cinta palsu, pacaran, dan sebagaimana musik kebanyakan. Dan gairah saya hanya pada musik islami. Akhirnya mulailah saya beralih haluan, mulai mendownload lagu-lagu islami, lagunya Opick saya cari semua dari google dan web mp3 untuk didownload. Terkumpullah seluruh lagu-lagunya opick dan musisi islam lain kurang lebih 100an lagu mulai dari yang awal sampai akhir. Ya, begitulah adanya kisah ini berlangsung sangat pelan. Dalam berpindah kebiasaan memang ada yang namanya proses. Alhamdulillah, Allah membukakan pintu hidayahnya kepada saya untuk meninggalkan satu diantara pintu-pintu musik yang luar biasa banyak.

Alhamdulillah. Pertengahan 2013 merupakan masa dimana saya lulus dari SMA dan melanjutkan kisah baru masuk ke perguruan tinggi. 'Ala kulli hal, saya pun diterima di salah satu PTN di Jawa. Alhamdulillah.

Masa kuliah, kebiasaan hidupku berubah seperempat lingkaran, 90 derajat. Alhamdulillah, disini saya sudah jarang lagi mendengarkan musik-musik mellow sebagaimana waktu SMA yang pulang pergi sekolah naik mobil charteran 10 kilometer full dengan suara musik di dalam mobil, tapi kadang juga supirnya nyetel murattal :) (semoga Allah merahmati saudaraku, sang supir, yang juga teman sekelasku).

Karena di kost saya bisa menyetel lagu-lagu islami saja dan ditemani dengan radio Suara Muslim Surabaya 93,8 FM. Arek Suroboyo pasti tau radio satu ini nih. Disini pula, saya mulai bertekad untuk memperbaiki kebiasaan yang dulu, yakni menyetel musik sembarangan. Hanya musik-musik islami yang boleh masuk ke telinga.


Hijrah dari Musik Islami (Karena Tidak Ada Musik Islami dalam Islam)

Seiring berjalannya waktu, saya mulai resah dengan musik islami. Meskipun saya masih suka dengan liriknya, lantunannya, instrumennya, namun dalam batin saya, saya merasa ada yang mengganjal. Ini terjadi karena ada beberapa dalil yang saya dapatkan mengenai keharaman musik. Musik apapun itu.

Dengan hati yang bergejolak, di satu sisi masih menyukai musik namun di sisi lain sudah bertekad untuk mau berubah. Maka sungguh sungguh benar jika dikatakan bahwa jihad yang paling besar adalah jihad melawan hawa nafsu!

Saya pun mengkaji dan mencari pendapat-pendapat ulama mengenai musik, apakah musik diharamkan secara mutlak ataukah ada beberapa penghalalan. Dan masyaallah.. saya pun menemukan, bahwa mayoritas ulama bahkan hampir semua (kecuali beberapa ulama kontemporer) sepanjang sejarah mengharamkan musik (termasuk musik islami). Saya tidak merasa plong waktu itu. Jika sekiranya musik yang non-islami diharamkan, tidak masalah karena memang syair-syairnya isi, makna, dan visualisasinya sudah rusak..

Nah, bagaimana dengan musik islami? Hawa nafsu ini memberontak, ingin sekali meng-iya-kan halalnya musik islami. Namun, alhamdulillah hidayah Allah singgah untuk mengubah hidupku. Dari sekian banyak situs-situs yang saya kunjungi terjadi pro dan kontra musik islami. Ada yang mengharamkan dan ada yang mengatakan boleh-boleh saja. Namun saudaraku, sungguh, beberapa hal yang membuatku akhirnya ikhlas menerima pendapat 'ulama tentang musik islami yang juga ternyata tidak diperbolehkan. 

Ku katakan padamu, ikhlaskan dirimu saudaraku, apa-apa yang kau tinggalkan dari yang haram karena Allah, maka Allah pasti akan menggantinya dengan yang jauh lebih baik. Diantara pendapat yang mengharamkan musik islami, disana dijelaskan dalil-dalilnya yang sharih dan shahih disertai penjabaran para ulama' tentangnya. Sementara pendapat yang mengatakan musik islami itu boleh, kebanyakan berargumentasi pembenaran saja, dengan menggunakan dalil atau kaidah yang umum. 


Saudaraku, jumhur ulama dan juga 4 imam madzhab sepakat akan haramnya musik. Masyaallah. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal semua berpendapat akan dilarangnya musik. Dari zaman Rasulullah dan para sahabatnya hingga masa 4 imam, seluruhnya sepakat akan keharaman musik, baik itu musik islami apalagi yang musik biasa. Belum ada kita temukan di zaman tabi'in atau zaman tabiut tabi'in atau imam yang 4 yang mereka berdakwah menggunakan musik, padahal pada waktu itu musik telah ada. Karena mereka paham, ini didasarkan pada penggunaan alat musik yang haram. Seandainya musik (juga musik islami) diperbolehkan, tentu mereka yang duluan memulainya. Karena ulama2 terdahulu sangat semangat dalam dakwahnya, dengan cara apapun bila memungkinkan akan digunakan, selagi tidak melanggar larangan Allah. Namun, mengapa orang2 terdahulu tidak menggunakan musik dalam berdakwah'?' jika sekiranya musik itu menunjang dakwah mereka? Pikirkanlah sekali lagi... Tentu karena mereka paham akan dilarangnya musik dan alat-alat musik. 

Saudaraku, jika hati kita masih lurus, dan masih menginginkan kehidupan yang baik di akhirat, mengapa kita masih berat meninggalkannya? Semoga Allah membuka hati kita.. Ataukah ada kerak tebal di hati kita sehingga masih mencari-cari pembenaran bagaimana menghalalkannya? 

Ingatlah salah satu riwayat Imam Bukhari; dari Abu 'Aamir Al-Asy'ariy, ia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Akan ada di kalangan umatku suatu kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan (al-ma'azif) alat musik" [HR. Bukhari no. 5268, diriwayatkan pula oleh Ibnu Hibban no. 6754, Ath-Thabrani dalam Al-Kabir no. 3417, dan ulama yang lain]

Dan mengapa dalam hadits tersebut alat musik disejajarkan dengan zina, sutera, khamr? Karena alat musik sama hukumnya dengan ketiga benda tersebut. Al-'Allamah 'Ali al-Qari berkata: "Maknanya adalah mereka menganggap perkara-perkara ini sebagai sesuatu yang halal dengan mendatangkan berbagai syubhat dan dalil-dalil yang lemah." [Mirqatul Mafatih, 5/106]

Namun ada pengecualian terhadap duff (rebana) yaitu alat yang bentuknya lingkaran dan di salah satu sisinya terdapat lapisan dari kulit kambing/onta yang menghasilkan suara datar duk duk. Bahasa keseharian kita namanya rebana. Dalam hadits yang lain, duff atau rebana diperbolehkan pada saat hari raya, misalnya pada saat lebaran atau pernikahan.

Adapun jika bersyair tanpa menggunakan alat musik maka halal dan boleh, terkecuali jika di dalam syair atau liriknya terdapat kalimat-kalimat yang mungkar, menghina, cabul, maka dihukumi seperti kata-katanya yaitu haram. Bersyair tanpa alat musik ini biasa kita sebut nasyid. Hukum nasyid sama seperti hukum kita berbicara sehari-hari. kalau apa yang kita ucapkan baik maka terpuji namun jika yang kita ucapkan buruk maka tercela.

Maka solusinya adalah Al-Qur'an. Mendekatlah pada Al-Qur'an, peluklah ia, baca maknanya, dan hapalkan bait-bait sucinya. Kelak ketika hatimu telah terpaut dengan Al-Qur'an maka tidak ada lagi tempat untuk musik di hatimu. Insyaallah.

Baik saudaraku pembaca yang budiman, semoga Allah mengokohkan saudaramu ini dalam bertekad untuk tidak bermusik dan suka musik lagi. Dan semoga antum yang berazzam untuk meninggalkan musik dapat dimudahkan oleh Allah. Karena tantangan zaman kita begitu sulit. Kita harus akui bahwa beragama di zaman kita ibarat memegang bara api. Panas, namun tetap harus dipegang. Kalau dilepas, maka lepas pula agama kita. Hampir dimana-mana kita, diserbu oleh musik, di mall, di pinggir jalan, di ruang tunggu, di warung, di POM bensin, masyaallah. Wallahul musta'an.

Dan satu lagi, ini yang membuat saya lebih lega lagi bahkan bersyukur sudah bisa meninggalkan kecanduan musik. Demi Allah, kalau kita meninggalkan suatu perkara yang jelek (karena Allah) maka Dia pasti akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Ingatlah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ

“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad)

Alhamdulillah, dan ini terbukti pada saya. Namun saya tidak ingin menceritakannya disini.
Dan saya yakin, pembaca bisa membuktikannya juga. Kalaupun ingin bukti lagi, saya sarankan pembaca menonton video singkat ini Kisah Sebuah Terong. Kisah dalam video tersebut, nyata pernah terjadi, bagaimana seorang pria yang sangat lapar hampir-hampir menelan terong yang sudah dikunyahnya. Namun dia ingat akan Allah dan tidak jadi memakan terong yang bukan haknya tersebut. Maka Allah menjadikan terong tersebut, pancinya, rumah yang punya terong tersebut, bahkan pemilik terong menjadi milik si pria tersebut. Maka apapun perkara jelek itu, jika kita tinggalkan karena ingin menyelamatkan agama kita, pasti Allah tidak akan menyia-nyiakannya.

Dan sekarang, tugas kita yang hatinya masih jujur dan ikhlas, bagaimana kita menjauhi musik dan mendekat kepada Al-Qur'an. Karena musik dan al-qur'an tidak akan bisa bersatu pada diri seseorang. Mulai tinggalkan musik dan menggantinya dengan al-qur'an juga menghapalkannya. Maka saya berdoa agar pemahaman antum dan juga hafalannya baik dan terjaga dengan kuat.

Demikian catatan ini, dibuat. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Semoga Allah menguatkan saya, pembaca, dan kita semuanya, untuk istiqamah dan teguh menjaga agama ini. Karena disinilah jalan keselamatan kita dalam meniti kehidupan yang sangat sebentar menuju kehidupan yang sangat panjang, kehidupan akhirat... Wallahu a'lam bisshawab...

Surabaya, 27 Rajab 1437 Hijriah (4 Mei 2016)

" "Semoga kisah teman kita di atas dapat membawa kita untuk turut berhijrah meninggalkan musik. Dan beralih kepada indahnya makna-makna Al-Qur'an...

∞∞ ENTRI TERKAIԎ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar